TRIBUNNEWS.COM, AS - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan AS "telah menetapkan" 52 sasaran di Iran dan "akan menyerang secara cepat" jika ada serangan Iran terhadap aset AS.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan "akan ada serangan terhadap penjahat" yang membunuh jenderal Iran paling berpengaruh, Qasem Soleimani.
Soleimani bersama rombongan tewas dalam serangan drone militer AS di Baghdad, hari Jumat (03/01/2020) lalu.
Baca: Pengakuan Sule, Lina Sulit Dihubungi Setelah Menikah, Teddy Justru Singgung Soal Emas Rp 250 Juta
Dalam pernyataan di Twitter, Presiden Trump mengatakan, Iran "terlalu berani dengan merencanakan serangan terhadap aset-aset tertentu milik AS".
Ia mengatakan AS sudah mengidentifikasi 52 sasaran Iran, beberapa di antaranya "punya nilai budaya yang sangat penting bagi Iran".
Ia mengatakan angka 52 merepresentasikan jumlah warga negara AS yang disandera selama lebih dari satu tahun di Iran pada akhir 1979 setelah mereka dibawa dari kantor kedutaan AS di Teheran.
Sehari sebelumnya, Presiden trump mengatakan pembunuhan Soleimani "untuk menghentikan perang, bukan untuk memulainya".
Dia mengatakan "kekuasaan teror Soleimani telah berakhir", setelah jenderal paling berpengaruh di Iran itu tewas.
Jenderal Soleimani dikenal sebagai tokoh kunci dalam pemerintah Iran.
Dia memimpin operasi Timur Tengah Iran sebagai komandan Pasukan Quds.
Iran telah berjanji akan melakukan "balas dendam kejam" bagi mereka yang bertanggungjawab atas kematian Soleimani.
Baca: Situs Pemerintahan AS Diretas Pasca Donald Trump Ancam Iran, Tampilkan Gambar Trump Dipukul
Pembunuhan ini menandai eskalasi besar ketegangan antara kedua negara.
Para pejabat AS mengatakan 3.000 tentara tambahan akan dikirim ke Timur Tengah sebagai tindakan pencegahan.
Sementara itu, televisi pemerintah Irak mengatakan ada serangan udara lain di negara itu, 24 jam setelah serangan yang membunuh Soleimani.