Ketika diundang pada 2014, mereka bertempur bersama Hashed al-Shaabi, organisasi paramiliter yang disokong oleh Iran, dalam mengalahkan ISIS.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan, mereka akan segera mengambil sikap setelah pemerintah Irak memberi keputusan.
Sementara Inggris meminta supaya tetap diizinkan untuk berada di negara itu, dan mengklaim apa yang mereka kerjakan "vital".
Analis Tareq Harb mengatakan, seruan Mahdi agar pasukan AS diusir adalah bentuk antisipasi dari reaksi grup pro-Iran.
"Dia tidak mempunyai pilihan lain selain mengambil sikap tegas terhadap keberadaan militer AS di Irak," papar Harb.
Seruan itu terjadi setelah Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds, tewas bersama wakil pemimpin Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Kendaraan yang ditumpangi Muhandis serta Soleimani hancur dihantam rudal dari drone MQ-9 Reaper di Bandara Internasional Baghdad, Jumat (3/1/2020).
Baca: Dubes Iran untuk PBB: Kami akan Bertindak
AS melalui Pentagon menjelaskan, mereka membunuh Soleimani karena bertanggung jawab atas serangan yang menimpa warganya di seluruh Timur Tengah.
Kematian Soleimani yang dianggap pemimpin terkuat kedua di Iran membuat sejumlah kelompok milisi menyerukan balas dendam. (Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Jenderal Top Iran Tewas, Parlemen Irak Rilis Resolusi agar Pasukan AS Diusir
Berkibarnya Bendera Merah di Iran
Untuk kali pertama dalam sejarah, bendera merah dikibarkan di Masjid Jamkaran yang berada di Qum, satu di antara kota suci muslim Syiah Iran.
Bendera merah tersebut dipasang satu hari setelah pembunuhan terhadap Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani, yang dilakukan Amerika Serikat.
Sebagian kalangan menilai Iran membentangkan bendera merah tersebut sebagai isyarat mereka telah bersiap melakukan perang total untuk membalas kematian Soleimani yang dirudal drone AS di Irak.