Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Reynhard Sinaga, pria warga negara Indonesia (WNI), jadi gunjingan setelah divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Manchester, Inggris, karena kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria.
Saat proses persidangan, Reynhard Sinaga mengaku tak bersalah. Ia berdalih hubungan seksual bersama korban dilakukan atas dasar suka sama suka.
Padahal para korban tidak tahu ketika mereka diperkosa. Reynhard Sinaga memberikan minuman yang dicampur obat bius sehingga korban tidak sadarkan diri.
Berbagai spekulasi tentang gangguan kejiwaan pun banyak dilayangkan kepada Reynhard termasuk disebut sebagai psikopat atau seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan.
Baca: Ibu Kandung Reynhard Sinaga Bocorkan Sifat sang Anak, Pelaku Kasus Pemerkosaan 48 Pria di Inggris
Baca: Singgung Ilmu Hitam, Lihat Isi Percakapan Pesan Reynhard Sinaga dan Teman Sebelum Terciduk Polisi
Baca: Fakta-fakta Seputar Obat Bius yang Digunakan Reynhard Sinaga untuk Perkosa Korban-korbannya
Secara sikap, tingkah Reynhard yang mengaku tidak merasa bersalah memang atas perbuatannya, diidentikan sikap seorang psikopat.
Tara de Thouars, M. psi, seoran psikolog, menyebutkan sosok psikopat memiliki gejala dominan berperilaku melanggar norma sosial dan minimnya empati.
“Contoh orang yang normal pasti merasa takut atau bersalah saat melanggar norma. Normalnya orang juga akan memiliki perasaan bersalah saat menyakiti orang lain,” ungkap Tara.
“Sehingga jika bertentangan dengan kondisi normal maka bisa jadi memiliki gangguan (psikopat),” sambung kepada Tribunnews.com, Selasa (7/1/2020).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan tersebut seperti latar belakang kehidupan yang tidak baik.
Kemudian yang kedua karena memang ada faktor gangguan kejiwaan yang terpupuk dan kemudian meluap dengan tindakan diluar kewajaran.
“Seseorang yang melakukan suatu tindakan yang parah pasti memiliki history hidup yang tidak baik, serta biasanya memiliki gangguan kejiwaan karena perilakunya bisa dikatakan diluar dari akal sehat ataupun kewajaran,” tutur Tara.