TRIBUNNEWS.COM - Aktivis anti kekerasan seksual bernama Anindya Restuviani ikut menanggapi kasus yang sedang menghebohkan publik.
Yakni kasus pemerkosaan yang dilakukan warga Indonesia di Manchester, Inggris.
Menurutnya, seorang korban kekerasan seksual bisa menimpa siapapun tidak memandang sebuah gender.
Di Indonesia sendiri, edukasi masyarakat tentang kesadaran kekerasan seksual masih minim.
Hal itu dibenarkan oleh Vivi, sapaan akrabnya yang sudah menangani banyak kasus kekerasan seksual di Indonesia.
"Kekerasan seksual itu bisa menimpa siapapun dan pendidikan mengenai kesadaran masyarakat tentang kekerasan seksual itu memang masih minim sekali," ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa (7/1/2020).
Setelah mencuatnya kasus Reynhard Sinaga ke publik, memang pembahasan soal kekerasan seksual banyak sekali.
Namun menurutnya, edukasi mengenai consent atau persetujuan dalam mengantisipasi tindak kejahatan seksual juga penting.
Terutama edukasi seks sejak dini, itu penting dilakukan supaya anak bisa terbiasa memahami tubuhnya sendiri.
"Anak kecil perlu dikasih tau mana sih yang boleh dilihat,"
"Di Indonesia, disaat kita berbicara tentang pendidikan seksual dikira kita mengajarkan mereka tentang hubungan seks,"
"Padahal sebetulnya tidak, yang perlu kita ajarkan adalah bagaimana mereka menjaga reproduksinya, supaya bisa mencegah kekerasan seksual," tegasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Vivi yang juga menjabat sebagai Co Director Hollaback! Jakarta itu juga mengatakan tidak hanya edukasi kepada anak, kepada masyarakat juga tidak kalah penting.
"Masyarakat harus sudah aware disaat kita berbicara tentang kekerasan seksual, tidak hanya masalah perempuan atau laki-laki, masalah itu bisa menimpa semua gender," ujarnya.