Termasuk menggunakan cara kotor guna memicu anarki.
Trump sekali lagi meminta Abdul Mahdi membatalkan kontraknya dengan China.
Tapi ia kembali menolaknya, dan mengajukan pengunduran diri.
Mahdi mengatakan, Gedung Putih hingga hari-hari tetap menginginkan perjanjian sektor konstruksi dengan China itu dibatalkan.
Baca: AS-Iran Memanas, KBRI Kairo Keluarkan Imbauan untuk WNI
Ia menambahkan, Menhan Irak sesudah itu secara terbuka menuduh pihak ketiga menargetkan sipil maupun aparat keamanan akan dijadikan tumbal saat aksi demo besar di seantero Irak berlanjut.
Sekali lagi Trump mengontak Abdul Mahdi dan mengancam akan membunuhnya berikut Menhan Irak jika terus mengungkapkan pihak ketiga di belakang aksi unjukrasa memprotes pemerintah Irak.
Tak seorangpun termasuk Abdul Mahdi membayangkan minggu-minggu penuh kesukaran di Irak itu akan berakhir pada pembunuhan keji Qassem Soleimani.
Abdul Mahdi pun tidak gampang mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kisah kelam di balik krisis Irak, dan serangan militer AS pada tokoh Iran ini.
Pada esok hari setelah kedatangan Qassem Soleimani dari Beirut, Lebanon, Abdul Mahdi seharusnya bertemu dengan tamunya itu.
Kehadiran Soleimani di Baghdad adalah sebagai diplomat atau utusan Teheran.
Ia membawa misi penting bertemu utusan Kerajaan Saudi, guna mendiskusikan peredaan ketegangan di Timur Tengah.
Baca: Iran Hujani Rudal Ke Pangkalan AS di Irak, Pakar Timur Tengah: Qasem Soleimani Tokoh Besar Iran
Semua pihak sudah diberitahu mengenai pertemuan ini.
Ternyata Trump memotong usaha deeskalasi konflik oleh Iran dan Saudi, dan membunuh Qassem setiba di Bandara Baghdad.
Kerajaan Saudi secara cepat begitu Qassem terbunuh menegaskan, mereka tidak diberitahu Washington.