TRIBUNNEWS.COM - Petinggi Garda Revolusi, Abdollah Araghi menyatakan akan memberikan "pembalasan keras" hingga pasukan Amerika Seriat keluar dari Timur Tengah.
Pernyataan Abdollah Araghi tersebut disampaikan setelah Presiden Donald Trump memberikan pernyataannya bahwa Teheran "mundur".
Baca: Donald Trump Akan Berlakukan Sanksi Ekonomi Tambahan Bagi Iran
Dilansir Tasnim via Sky News Kamis (9/1/2020), Araghi menjanjikan "pembalasan keras" setelah serangan rudal di Irak.
Sementara, Kepala Divisi Dirgantara Garda Revolusi, Amir Ali Hajizadeh berujar, mengusir pasukan AS dari Timur Tengah adalah "pembalasan yang pantas".
Dia mengklaim serangan rudal di Pangkalan Ain al-Assad dan Irbil ditujukan untuk memberi kerusakan, bukan membunuh orang.
Wakil Komandan Garda Revolusi Ali Fadavi mengatakan, operasi itu menunjukkan kekuatan militer mereka, dan mengejek Washington tak mampu berbuat apa-apa.
Iran membombardir pangkalan AS dan sekutunya di Irak sebagai pembalasan atas tewasnya jenderal top mereka, Qassem Soleimani.
Soleimani tewas bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, pekan lalu.
Komandan Pasukan Quds tersebut dan Muhandis tewas setelah konvoi mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal AS.
Baca: Tanggapan PPI dan Respon Polisi Terkait Kasus Pemerkosaan Reynhard Sinaga di Inggris
Esmai Qaani, pengganti Soleimani di Quds berkata, misil yang diluncurkan di Ain al-Assad dan Irbil bertujuan mengusir pasukan AS.
Sementara kelompok milisi yang disokong Teheran menyerukan adanya balas dendam atas kematian calon penerus Pemimpin Tertinggi Iran itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Komandan Iran Janjikan "Pembalasan Keras" hingga Pasukan AS Keluar dari Timur Tengah