TRIBUNNEWS.COM - Intelijen Amerika Serikat menyebut pesawat Ukraine Airlines yang jatuh di Iran, Rabu (8/1/2020) diakibatkan terkena tembakan rudal oleh Iran.
Iran kemudian menyangkal tuduhan tersebut dengan mengatakan tuduhan itu adalah seuatu kebohongan besar.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Boeing 737-800 milik Ukraine Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Teheran menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev, Rabu (8/1/2020) pagi.
Beberapa menit setelah lapas landas, pesawat menghilang dari radar.
Pesawat kemudian jatuh di wilayah antara Parand dan Shahriar setelah sempat terbakar di udara sebelumnya.
Semua 176 orang yang ada di dalam pesawat, termasuk 9 kru dan 167 penumpang, tewas dalam kecelakaan tersebut.
Kapten pesawat yang jatuh diidentifikasi bernama Volodymyr Gaponenko, pilot berpengalaman yang memiliki 11.600 jam terbang di pesawat Boeing 737.
Pilot instruktur adalah Oleksiy Naumkin, juga berpengalaman dengan 12.000 jam terbang.
Presiden Ukraine International Airlines, Yevhenii Dykhne, mengatakan, "Tidak mungkin ada kesalahan kru."
Pada konferensi pers di Kiev, ia mengatakan, Bandara Teheran "bukan bandara biasa."
Pilot membutuhkan beberapa tahun pelatihan untuk bisa bekerja di sana.
Pada Kamis (9/1/2020), seperti yang dilaporakan CNN.com, Amerika menganalisis penyebab jatuhnya pesawat.
Amerika percaya Iran telah tak sengaja menembak pesawat Ukraine Airlines dengan rudal.
Teori tersebut berdasarkan analisis yang berkelanjutan dari data satelit, radar, data elektronik yang dikumpulkan oleh militer dan intelijen Amerika Serikat.