TRIBUNNEWS.COM- Aksi demo menjadi buntut dari insiden penembakan tak sengaja dilakukan Iran membuat pesawat Ukraina jatuh.
Demo pun mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Dalam aksi unjuk rasa, demonstran juga meminta Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, untuk mundur dari jabatannya.
Setelah sempat mengelak, Iran akhirnya mengakui telah menembak pesawat Ukraina secara tak sengaja pada Rabu (8/1/2020) pagi.
Pejabat setempat Iran, termasuk Presiden Iran Hassan Rouhani telah meminta maaf dan menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga korban.
Hassan Rouhani juga berjanji akan menuntut semua orang yang bersalah dalam insiden tersebut.
"Republik Islam Iran sangat menyesali kesalahan yang menghancurkan ini ... Pikiran dan doa saya ditujukan kepada semua keluarga yang berkabung."
"Saya mengucapkan belasungkawa yang tulus," kata Rouhani dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, (11/1/2020), mengutip dari Fars News Agency.
Setidaknya total 167 penumpang dan 9 kru tewas dalam insiden tersebut.
Kesalahan Iran dengan menembak tak sengaja pesawat Ukraina memicu kemaran bagi warganya.
Mengutip dari BBC.com, ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan di ibukota Iran, Teheran.
Mereka mencoba melampiaskan kemarahannya pada para pejabat yang disebut sebagai pembohong.
Protes terjadi di luar dua universitas yakni Sharif dan Amir Kabir, pada Sabtu (11/1/2020).
Awalnya, protes dilakukan guna menghormati para korban, namun berubah tidak kondusif.