TRIBUNNEWS.COM - Memanasnya hubungan Iran dan Amerika menjadi sorotan dunia internasional.
Setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan membunuh jenderal tinggi Iran, Qasem Soleimani, banyak pertanyaan muncul bagaimana caranya Iran bisa menghadapi Amerika yang memiliki kekuatan militer terbesar di dunia.
Saat Iran berkabung atas kematian jenderalnya, kedua belah pihak saling meningkatkan kesiagaan, termasuk mengirim pasukan masing-masing.
Untuk kekuatan militer, seperti yang dilansir data Global Fire Power, Amerika menduduki peringkat pertama negara yang memiliki kekuatan militer terkuat di dunia.
Sementara itu, Iran berada jauh di bawahnya.
Iran menduduki posisi ke-14 dari 137 negara yang di-review.
Namun, jaringan dan sekutu regional Iran yang kuat menjadi ancaman besar bagi AS.
Poin tersebut diperkirakan akan memainkan peran utama dalam meningkatkan ketegangan antara kedua negara.
Dilansir Metro UK, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia memerintahkan serangan udara di Bandara Internasional Baghdad karena Soleimani (62) berencana untuk membunuh orang Amerika yang tinggal di negara itu.
Trump menuduh komandan Soleimani atas serangkaian perang di Timur Tengah, termasuk serangan milisi 'yang diatur' terhadap pangkalan koalisi AS di Irak.
Soleimani juga dianggap telah menyetujui adanya demonstrasi dengan kekerasan di kedutaan besar Amerika di Baghdad awal pekan ini.
Iran sudah "memberi pelajaran" pada AS dengan adanya ancaman serangan dari pemimpin tertinggi Ayatollah Ahmad Khatami terhadap pasukan Amerika di Timur Tengah.
Ayatollah Ahmad Khatami memperingatkan bahwa sudah saatnya membersihkan daerah itu dari 'binatang buas yang berbahaya'.
Ia mengatakan: