TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memimpin sholat Jumat di Teheran untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir.
Salat Jumat di Teheran ini dihadiri ratusan ribu warga muslim Iran yang masih berduka atas kematian Jenderal Qassem Soleimani.
Dalam khotbah-nya, Khamenei mengecam keras para pejabat AS, terutama Presiden Trump.
Ia juga mengkritik Perancis, Jerman dan Inggris sebagai "antek-antek" Amerika yang tak bisa dipercaya.
Dalam kesempatan itu, Khamenei juga mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya penumpang dan kru pesawat Ukraine Airlines yang tak sengaja ditembak tentara Iran.
Seperti yang dilansir CNN.com, sangat jarang bagi Khamenei , tokoh agama sekaligus tokoh politik paling berpengaruh di Iran, untuk memimpin langsung salat Jumat.
Namun aksinya itu dipercaya sebagai usaha meraih dukungan setelah banyaknya gejolak yang terjadi selama beberapa minggu terakhir yang telah memberi cukup banyak tekanan terhadap Republik Islam.
Jenderal Iran yang paling penting, Qasem Soleimani, terbunuh dalam serangan drone yang dilancarkan Amerika pada awal Januari lalu.
Aksi provokatif Amerika itu memicu serangan balasan Iran yang kemudian menyerang pangkalan militer Amerika di Irak, yang berujung pada konflik berkepanjangan terhadap kedua belah pihak.
Situasi makin diperparah saat militer Iran tak sengaja menembak pesawat komersil Ukraina di Teheran yang dikira pesawat musuh.
Sebanyak 176 orang tewas dalam kecelakaan tersebut, termasuk 82 orang warga negara Iran.
Penembakan pesawat sipil oleh tentara Iran tersebut memicu aksi protes segelintir pengunjuk rasa yang turun ke jalan di Teheran.
Pengunjuk rasa yang berubah menjadi protes anti-pemerintah mendesak Khamenei untuk mundur.
Namun, lautan massa dalam Salat Jumat kemarin, seakan menegaskan mayoritas rakyat Iran tetap mendukung pemerintah dan Wali Faqih (kepemimpinan ulama--Red) dalam Republik Islam Iran.