Tiba-tiba kakak Prema yang tinggal di satu kawasan permukiman mampir ke rumah dan mencegah Prema menelan ramuan beracun itu.
Prema mengaku tekanan untuk mengembalikan uang yang dipinjam suaminya telah menghancurkannya.
Kerja berat
Prema adalah satu-satunya pencari nafkah di keluarganya setelah suaminya tiada. Seperti mendiang suaminya, Prema membuat batu bata—pekerjaan yang sangat melelahkan namun penghasilannya lebih baik ketimbang bertani.
"Saat saya bekerja, saya mendapat 200 rupee (Rp38.500) per hari, yang cukup untuk keperluan keluarga saya," kata Prema.
Biasanya Prema membawa dua putranya yang masih kecil ke lokasi kerja karena mereka belum cukup umur untuk bersekolah.
Namun selama tiga bulan sebelum memutuskan menjual rambutnya, Prema kerap sakit sehingga tidak bisa memperoleh uang sebanyak biasanya.
"Saya tidak bisa membawa batu bata yang berat. Saya tinggal di rumah karena demam."
Utang menumpuk
Karena tidak bekerja, Prema mulai gagal membayar utangnya tepat waktu. Ketika pemberi utang mulai mendesak, frustrasinya meningkat.
Prema buta huruf dan tidak tahu bahwa pemerintah India punya sejumlah cara untuk menolong orang seperti dirinya.
Sistem perbankan formal di India dipenuhi aturan rumit sehingga sulit bagi kaum papa untuk mengakses pinjaman dengan bunga rendah.
Prema dan suaminya meminjam uang dari rentenir setempat dan tetangga-tetangganya.