Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pada pertengahan Juli 2019 ninja terakhir Jepang, Jinichi Kawakami mengunjungi Indonesia untuk pertama kalinya.
Kala itu dia berkunjung antara lain ke Purwokerto dan Jakarta.
Banyak yang bisa dipelajari ninja Jepang tersebut dari Indonesia.
"Saya melihat orang Indonesia suka sekali dengan ninja. Jauh lebih mengenal ninja ketimbang samurai," kata Jinichi Kawakami kepada Tribunnews.com baru-baru ini.
Bahkan disebutkan banyak yang tidak mengenal samurai yang disangka sebagai pedang, sehingga banyak yang pesan samurai untuk oleh-oleh dibelikan di Jepang, karena dianggap samurai adalah pedang.
"Padahal Samurai adalah ksatria, orangnya, yang memiliki berbagai tingkatan. Mulai terbawah yang biasanya kita sebut ninja, seperti para petani biasa saja, sampai samurai tingkat tinggi yang jadi kepercayaan raja, tangan kanan raja di Jepang di masa lalu," tambahnya.
Perkembangan ninja dipercaya akan jauh lebih populer justru di luar Jepang dibandaingkan di dalam Jepang.
"Di dalam Jepang masih banyak orang saat ini yang justru tidak percaya keberadaan ninja bahkan ada yang menganggap sebagai penipuan, sama seperti masyarakat yang menentang hukum (hanshakai) seperti yakuza," tambahnya.
Baca: Penggalangan Dana Dinas Sosial Osaka, Para Mahasiswi di Jepang Lomba Adu Cepat Makan Maki Sushi
Baca: Ninja Jepang Tak Bisa Digunakan Sebagai Penengah untuk Mendamaikan Ketegangan Antara Iran dan AS
Ninja memang sangat terselubung, tidak muncul di hadapan umum, justru berusaha agar tidak ketahuan alias berada di belakang layar.
"Sehingga dugaan banyak orang saat ini yang mempertanyakan keberadaan ninja wajar saja," ungkapnya.
Filosofi ninja sendiri menurutnya adalah menjaga perdamaian, menjauhi perang, menjauhi pertengkaran, bukan membuat onar, bukan membuat perang, bukan membuat perkelahian.
"Jadi kalau ninja bertemu lawannya, maka dia akan berusaha menghindar dengan segala cara, termasuk penggunaan bom asap sehingga dapat mengalihkan perhatian orang lain kepadanya dan bisa ada waktu untuk kabur atau menjauh," ujarnya.
Tugas ninja memang mengumpulkan berbagai informasi yang diminta master atau tuannya, atau oleh bangsawan yang mempekerjakannya.
Saat ini tak ada lagi pekerjaan bagi ninja seiring dengan perubahan zaman, sehingga Kawakami melihat tidak perlu ada ninja lagi.
"Itulah sebabnya saya tak mau mengajarkan orang umum menjadi ninja, tak ada gunanya, tak akan mendukung kita hidup, tak bisa membuat kita bisa makan," ungkapnya.
Baca: Deretan Negara yang Melarang Turis China Masuk untuk Cegah Penyebaran Virus Corona
Baca: Nama Keluarganya Hanya Satu Huruf, Takako Kesulitan Bepergian ke Luar Negeri
Kawakami ingin ninja semakin populer namun melihat segi positifnya saja karena ada pula segi negatifnya apabila belajar kepada hal-hal yang mendekatkan diri kepada ilmu bawah sadar seperti mengarah ke dunia kejahatan dan setan.
Buku "Ninja Indonesia" dalam bahasa Indonesia akan diterbitkan dalam tahun ini.
Info lengkap dapat dibaca di http://ninjaindonesia.com/ atau email ke: info@ninjaindonesia.com