"Ya kalau penanganannya salah, ya bisa jadi, makanya kami mengusulkan bentuknya gugus tugas yang mencakup keseluruhan," ujar Mardani.
"Bukan cuma Kementerian Agama, ada juga Kementerian Intelijen di sana, yang bisa membuat record dan penyelidikan, ada teman-teman di bidang perekonomian, pendidkan, sosial, pendampingan psikologi, deradikalisasi, moderasi keberagaman," paparnya.
Berikut video lengkapnya:
Sementara itu, dalam segmen selanjutnya, Mardani kembali menjelaskan bahwa WNI eks ISIS adalah korban dan menyamakan dengan WNI dari Wuhan.
Awalnya, pembawa acara Chacha Annissa mempertanyakan sikap pemerintah yang hingga kini belum ada keputusan resmi.
Namun, pemerintah kini tengah dilema jika memulangkan WNI eks ISIS maka bisa ada ancaman baru terorisme, namun jika tidak maka mereka akan menjadi stateless atau tak punya kewarganegaraan.
"Apa sih sebenarnya kekhawatirannya, preseden citra Indonesia jika kita kita menerima atau juga menolak?" tanya Chacha.
"Kalau menerima, kita bagai negara sarang teroris, tapi kalau tidak menerima ini mantan warga negara kita jadi stateless," sambungnya.
Mardani pun langsung menghubungkan dilema pemerintah itu dengan pemulangan WNI dari Wuhan yang mana sangat ia apresiasi.
Pemulangan WNI dari Wuhan memang menimbulkan pro dan kontra.
Baca: Isu WNI Eks ISIS, Mantan Teroris Dihubungi Teman dari Suriah Ungkap Alasan Ingin Pulang ke Indonesia
Kontra utamanya berasal dari warga Kabupaten Natuna yang wilayahnya dijadikan tempat karantina.
Namun pemerintah dianggap berhasil menyelesaikan masalah itu hingga WNI dari Wuhan bisa dipulangkan dan menjalani observasi di Natuna.
"Kemarin ada sedikit cerita saudara kita di Natuna protes terhadap teman-teman yang pulang bawa dalam tanda kutip dari Wuhan," jawab Mardani.
"Padahal pemerintah negara dalam hal ini hadir, saya apresiasi sekali," imbuhnya.