Wu Ya Ling ditempatkan di rumah sakit Huoshenshan, rumah sakit khusus yang dibangun dalam 10 hari karena meledaknya jumlah pasien virus corona di rumah sakit umum.
Saat jumlah pasien terus berdatangan, para petugas medis dituntut untuk kuat secara fisik maupun mental. Mereka harus bekerja melebihi batas jam kerja normal.
Bahkan banyak di antara mereka yang kekurangan tidur dan tidak sempat makan karena terlalu sibuk bekerja. Di hari yang sibuk itulah, Wu Ya Ling menerima video call dari rumahnya.
Wu Ya Ling menerima kabar ibunya meninggal dunia. Tidak disebut penyebab kematian ibunya. Ia pun langsung menangis di tempat dengan masker masih menempel di wajahnya.
Meski sangat sedih, Wu tidak mungkin pulang ke rumahnya untuk memberi penghormatan terakhir pada ibunya. Wu harus terus berada di rumah sakit.
• Jelang Duel Lawan Persib, Pelatih PSCS: Mental Pemain Sudah Siap Tanding
• Bentrok Suporter Arema dan Persebaya, 7 Sepeda Motor Dibakar, Begini Permintaan Menpora
• Waspada, Tangkap Ikan Jenis ini di Laut Bisa Dipidana
• Soal Pembebastugasan Dosen Unnes, Akademisi Ubhara: Mengorbankan Kampus Tempat Suci Berpikir Kritis
Ibunya tinggal di Kun Ming, yang berjarak cukup jauh dari rumah sakit Huoshenshan.
Wu hanya bisa berkabung dari jauh. Ia membasuh air matanya dengan tisu dan membungkuk tiga kali sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Ia pun hanya punya waktu sebentar untuk menenangkan diri sebelum akhirnya kembali bekerja.
Wu kemudian terlihat membantu rekannya mengenakan masker sebagai bentuk pengabdian tugas mereka di rumah sakit.
Video saat perawat Wu menangis viral di media sosial China dan kemudian diunggah ke YouTube pada 12 Februari lalu. (Tribun Network/Tiara Shelavie/Chrysnha/Ika Nur Cahyani)