TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden Mesir, Hosni Mubarak meninggal dunia.
Orang nomor satu di Mesir tersebut menghembuskan napas terakhirnya di usia 91 tahun.
Dikutip dari The Guardian, Hosni Mubarak dikenal sebagai pemimpin diktator yang keras.
Ia memegang kekuasaan sebagai Presiden Mesir selama tiga dekade.
Ssaat memimpin Mesir, Hosni Mubarak selamat dari enam kali percobaan pembunuhan.
Lebih jauh, diberitakan bbc.com, di bawah kepemimpinan Hosni Mubarak, Mesir mengambil peran utama dalam mencoba menengahi kesepakatan antara Israel dan Palestina.
Kekuasaan Hosni Mubarak berakhir pada 2011 lalu, ketika pemberontakan memaksanya keluar dari pemerintahan.
Baca: Trump dan Modi Sebut Jalin Kesepakatan Dagang Besar
Hosni Mubarak menghadapi kritik karena menggunakan keadaan darurat untuk menindak lawan politik.
Diketahui, tahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskan untuk memerangi tuduhan korupsi.
Pahlawan Nasional
Dikutip dari Al Jazeera, Hosni Mubarak lahir di sebuah desa di Delta Nil tahun 1928.
Setelah selesai dengan sekolah menengahnya, Hosni Mubarak menyelesaikan studinya di Akademi Militer Mesir.
Hosni Mubarak bergabung dengan Angkatan Udara Mesir pada 1949.
Ia lulus sebagai pilot pada tahun berikutnya (1950).
Baca: Dilamar 50 Pria Setiap Hari, Model Seksi Ini juga Akui Ada Pria Nekat Lakukan Ini di Rumahnya
Hosni Mubarak naik pangkat menjadi Panglima Angkatan Udara Mesir pada 1972.
Lebih jauh, Hosni Mubarak mejadi pahlawan nasional pada 1978.
Dilansir dari bbc.com, Hosni Mubarak memiliki peran penting dalam merencanakan serangan mendadak terhadap pasukan Israel pada awal perang Arab-Israel (1973).
Arab Spring
Pada Januari 2011, Mesir meletus.
Demonstrasi memprotes kemiskinan, korupsi, pengangguran dan pemerintah otokratis selama beberapa minggu.
Setelah 18 hari protes, Hosni Mubarak meminta maaf dihadapan publik dan mengumumkan pengunduran dirinya.
Empat bulan berselang, Hosni Mubarak sakit.
Saat ia berbaring di ranjang rumah sakit, Hosni Mubarak menghadapi dakwaan korupsi dan pembunuhan berencana terhadap pada pengunjuk rasa.
Tim pembela Hosni Mubarak awalnya mengklaim ia secara hukum masih menjadi presiden Mesir.
Pada Juni 2012, Hosni Mubarak dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena gagal mencegah pembunuhan demonstran.
Tetapi Hosni Mubarak dibebaskan dari tuduhan lainnya.
Keputusan tersebut memicu serangkaian protes di sepanjang jalan Kairo.
Enam bulan kemudian, hukuman Hosni Mubarak dibatalkan dan dilakukan sidang ulang.
Hosni Mubarak ditempatkan sebagai tahanan rumah di sebuah rumah sakit militer di Kairo.
Dalam serangkaian putusan, Hosni Mubarak dibebaskan dari tuduhan korupsi tetapi didakwa melakukan penggelapan.
Baca: Warga Jepang Dihantui Corona, Perusahaan Minta Pegawai Bekerja dari Rumah, Gereja Hentikan Misa
Pada 2017, pengadilan tertinggi Mesir membebaskan Hosni Mubarak dari tanggung jawab atas kematian para demonstran.
Lebih jauh, secara internasional, Hosni Mubarak mempertahankan kebijakan luar negeri yang bertujuan meredakan konflik regional.
Tetapi di rumah sendiri, Hosni Mubarak memerintah dengan tangan besi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)