TRIBUNNEWS.COM - Virus corona atau Covid-19 telah menjangkiti di 65 negara dunia.
Wabah mematikan ini, diyakini berasal dari pasar hewan di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) baru-baru ini memberi peringatan, bahwa semua negara bisa terkena virus mematikan ini.
Seiring meluasnya wabah, banyak timbul mitos terkait virus asal Wuhan, China ini.
Berikut enam mitos Covid-19 beserta penjelasannya menurut Guardian.
1. Tidak Lebih Berbahaya dari Flu Musim Dingin
Banyak orang yang terjangkit virus corona, terlihat tidak lebih buruk dari flu musim dingin.
Akan tetapi, profil virus ini dan tingkat kematiannya terlihat lebih serius.
Baca: Awas Hoaks Virus Corona, Menkominfo Bakal Proses Hukum Penyebar Hoaks: Indonesia Steril
Saat virus ini mulai mewabah, tingkat kematian akan nampak lebih tinggi bila banyak kasus ringan tidak teridentifikasi.
Tapi minggu ini, seorang pakar dari WHO, Bruce Aylward, mengklaim bahwa hal tersebut tidak terjadi pada kasus Covid-19.
Bruce Aylward, adalah ketua misi internasional yang bertujuan untuk meneliti virus corona dan respon China menghadapi hal ini.
Dia mengatakan, bahwa apa yang diduga selama ini tentang kasus yang hanya terlihat permukaannya saja ternyata tidak terbukti.
Jika diuji lebih lanjut, bisa berati tingkat kematian satu persen itu benar adanya.
Fakta inilah, yang membuat Covid-19 sepuluh kali lebih mematikan dari flu musiman.
Dimana flu musiman ini, diperkirakan membunuh 290.000 sampai 650.000 orang per tahun secara global.
2. Covid-19 Hanya Akan Menyebabkan Kematian Pada Lansia
Justru yang terjadi adalah, mayoritas lansia yang tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasari corona tidak akan jatuh kritis bila terjangkit.
Akan tetapi, penyakit ini berpotensi menyebabkan gangguan pernapasan akut dibanding flu musiman.
Ada kelompok masyarakat tertentu yang bisa dengan mudah menangkap wabah ini, yaitu paramedis.
Baca: Pakar Virus Eijkman: Kemampuan Deteksi Virus Corona di Indonesia Tidak Merata
Tentu saja, karena mereka cenderung berada di sekitar virus secara dekat.
Jadi yang harus dilakukan kawula muda, saat merasa mulai terinfeksi adalah melaporkan gejala secepat mungkin dan melakukan karantina sesuai ketentuan.
Selain itu, berusaha melindungi pihak yang rentan terinfeksi di masyarakat.
3. Masker Itu Sebenarnya Tidak Berfungsi
Memang, mengenakan masker tidak serta merta menjamin tidak akan sakit atau terjangkit.
Lantaran, virus bisa menular melalui mata.
Selain itu, partikel halus virus (aerosol) masih bisa menembus lapisan masker.
Namun, masker efektif untuk menangkap partikel tertentu, yang menjadi penyalur virus corona.
Baca: Awas Hoaks Virus Corona, Menkominfo Bakal Proses Hukum Penyebar Hoaks: Indonesia Steril
Baca: Donald Trump Ungkap Kematian Pertama Corona di AS adalah Hoaks, Sebut Demokrat Menipu
Beberapa penelitian pun menyatakan, bahwa menggunakan perlindungan masker lima kali lebih baik daripada tidak sama sekali.
Jika saat itu sedang dekat dengan orang yang mungkin terinfeksi, masker berperan besar tidak menyebabkan penularan.
Beda halnya dengan berjalan-jalan di tengah kota, dan tidak berinteraksi dengan orang.
Apabila kondisinya seperti itu, barulah bisa dikatakan menggunakan masker tidak berfungsi apa-apa.
4. Bisa Terjangkit kalau Berdekatan dengan Pasien Positif Corona selama 10 Menit
Beberapa aturan rumah sakit mengatakan, paparan virus berada dalam jarak enam kaki dari orang yang terinfeksi.
Terlebih jika orang itu bersin dan batuk selama 10 menit, ini khusus untuk flu biasa.
Namun, dengan interaksi yang lebih pendek ada kemungkinan bisa terpapar juga.
Bahkan bisa juga calon pasien itu terjangkit, karena memegang permukaan atau benda yang sudah terkontaminasi.
Kendati demikian, memegang benda yang terinfeksi itu merupakan rute penularan yang kurang umum terjadi.
5. Vaksin Bisa Disiapkan dalam Beberapa Bulan
Sejumlah ilmuwan dan pakar, secara cepat menciptakan dan mengembangkan vaksin khusus virus corona.
Tentu hal ini bisa lekas dilakukan, karena bantuan rilis awal genetik oleh para peneliti dari China.
Pengembangan vaksin ini masih terus berlanjut.
Beberapa tim penelitian tengah mengujinya dengan hewan percobaan.
Kendati demikian, uji coba tambahan sebelum vaksin benar-benar diluncurkan ini masih menjadi jalan yang panjang.
Baca: Sikap Anies Baswedan dan Permasalahan Jakarta, Mulai dari Banjir Sampai Virus Corona
Sebab penting adanya, untuk memastikan efek samping yang mungkin tidak terlihat.
Proses pembuatan vaksin yang bisa dijual bebas ini, membutuhkan setidaknya satu tahun untuk selesai.
6. Jika WHO sudah Menyatakan Covid-19 Pandemi, Maka Tidak Ada Lagi Harapan
Pandemi adalah penyebaran penyakit baru, di seluruh dunia.
Kendati demikian, batasan pasti untuk menyatakan pandemi ini masih cukup abu-abu.
Pada praktiknya, tindakan yang dilakukan tidak akan mempengaruhi apakah suatu wabah disebut pandemi atau bukan.
Langkah-langkah penekanan virus, bukan sesederhana menghapus semua penyakit yang ada.
Akan tetapi, menunda timbulnya wabah atau mengurangi peningkatan korban itu lebih penting.
Terutama mempersiapkan sistem kesehatan, untuk mengatasi masuknya pasien secara tiba-tiba.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)