TRIBUNNEWS.COM - Satu minggu setelah pengunduran diri Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia, kini perdana menteri yang baru telah terpilih.
Muhyiddin Yassin ditunjuk sebagai perdana menteri Malaysia.
Ia telah disumpah Minggu (1/3/2020).
Namun, beberapa analis menyebut krisis politik di Malaysia belum selesai.
Baca: Anggota Parlemen Malaysia Diduga Terinfeksi Virus Corona, Ada yang Dikarantina Mandiri
Seperti yang dilansir CNBC, Mahathir mengklaim bahwa dirinya lah yang mendapat dukungan mayoritas di parlemen, bukan Muhyiddin.
“Kami menganggap krisis politik Malaysia masih jauh dari selesai karena kami sedang menghadapi koalisi rapuh lainnya di sini. Dan ini tidak baik bagi investor dan pasar," ujar Prakash Sakpal, ekonom Asia di bank ING Belanda.
Selama puluhan tahun, pemerintah Malaysia terdiri dari koalisi partai politik.
Partai Muhyiddin, Parti Pribumi Bersatu Malaysia atau Bersatu, adalah mantan bagian dari koalisi yang sebelumnya berkuasa, Pakatan Harapan.
Muhyiddin menarik partainya keluar dari koalisi minggu lalu setelah pengunduran diri Mahathir.
Akibatnya, Pakatan Harapan pecah kongsi.
Baca: Hari Pertama Muhyiddin Yassin sebagai Perdana Menteri Malaysia, Disambut Sebelum Masuk Kantor
Ia kemudian terikat dengan beberapa pihak, termasuk Organisasi Nasional Malaysia Bersatu atau UMNO, yang kehilangan kekuasaan dalam pemilihan umum 2018 lalu.
Muhyiddin dipercaya memiliki 113 anggota parlemen di pihaknya, menurut berbagai laporan media setempat, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Jumlah itu lebih dari 112 anggota parlemen yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan di Malaysia.
Namun, menjelang upacara pelantikan, Mahathir yang membentuk Bersatu bersama Muhyiddin, mengatakan sebanyak 113 anggota parlemen telah berjanji mendukung Mahathir untuk kembali sebagai perdana menteri.