News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang di Suriah

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan Akan Bahas Masalah Migran dengan Uni Eropa di Brussels

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut akan mengadakan pertemuan di Brussels.

Pertemuan tersebut terkait permintaannya kepada Yunani agar membuka gerbang bagi para migran di perbatasan Turki.

Mengutip dari Al Jazeera, para migran itu diketahui tengah berusaha masuk ke Eropa.

"Saya akan mengadakan pertemuan dengan para pejabat Uni Eropa Senin di Belgia," kata Erdogan dalam pidatonya di Istanbul, Minggu (8/3/2020).

Erdogan menambahkan, ia akan membahas masalah migrasi setelah Turki membuka perbatasannya.

"Saya harap saya akan kembali dari Belgia dengan hasil yang baik," tambahnya.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Sementara itu, Juru Bicara Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Barend Leyts mengunggah pernyataan di Twitter.

Dalam captionnya, ia menulis bahwa pemimpin Turki akan bertemu dengan Michel serta Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Pertemuan mereka membahas soal migrasi, keamanan, stabilitas di kawasan dan krisis Suriah.

Baca: Turki Bantah Ada Pelanggaran Gencatan Senjata di Idlib Suriah

Baca: Turki Tegaskan Tak Ada Pelanggaran Gencatan Senjata di Idlib Suriah

Baca: Rusia dan Turki Tandatangani Perjanjian Gencatan Senjata di Idlib, Keadaan Lebih Tenang

Baca: Rusia Mengecam Klaim Turki Soal Jutaan Migran dari Idlib: HOAKS

Uni Eropa Tidak Memenuhi Komitmen

Untuk diketahui, pada 2016, Turki dan Uni Eropa menyepakati suatu kesepakatan di mana Brussels akan memberikan bantuan miliaran euro.

Bantuan tersebut untuk membantu Ankara membiayai perumahan, sekolah, dan pusat kesehatan bagi para pengungsi.

Namun Ankara telah berulang kali menuduh blok itu tidak memenuhi janji yang dibuat.

Tuduhan tersebut dilontarkan lantaran Eropa menderita krisis pengungsi terburuk sejak Perang Dunia II.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini