News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Duta Besar Turki: Hentikan Penyebaran Virus Corona di Kamp Migran Suriah Adalah Misi yang Mustahil

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang yang telah melarikan diri dari Suriah beristirahat ketika mereka menunggu untuk menyeberangi perbatasan dari Turki ke Yunani.

TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Turki untuk Amerika Serikat (AS), Serdar Kilic angkat bicara soal penyebaran virus corona di tengah imigran Suriah.

Serdar mengatakan, Uni Eropa (UE) harus berbuat lebih banyak untuk membantu negaranya untuk menyerap gelombang imigran dari perang Suriah.

Pernyataan itu dilontarkan setelah Ankara mengatakan tidak akan menghentikan imigran meninggalkan Turki untuk memasuki wilayah UE.

Melansir Nbc News, Serdar menambahkan, negaranya telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan di perbatasan dengan Iran.

Langkah itu ditempuh demi melawan ancaman virus corona.

Baca: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan Akan Bahas Masalah imigran dengan Uni Eropa di Brussels

Baca: Turki Bantah Ada Pelanggaran Gencatan Senjata di Idlib Suriah

Baca: Turki Menembak Jatuh Pesawat Pasukan Suriah Ketiga Setelah Saraqeb Direbut

Tetapi, Sardar menyebut upaya mencegah penyebaran virus di kamp-kamp iimigran Suriah akan menjadi misi yang mustahil.

"Kami telah mencapai batas kemampuan kami untuk menerima imigran," kata Sarder kepada wartawan.

"Kami memberi tahu mereka, jika ingin meninggalkan Turki, silakan," tambahnya.

Lebih lanjut, ditanya apa yang sedang dilakukan Turki untuk melacak atau mencegah penyebaran coronavirus di antara warga Suriah yang mengungsi yang melarikan diri dari rumah mereka di dekat perbatasan Turki, sang duta besar buka suara.

"Ada 900.000 orang. Bagaimana Anda akan memeriksa masing-masing dari mereka? Ini adalah misi yang mustahil . "

Dia juga mengatakan Turki telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat perbatasannya dengan Iran terhadap ancaman virus corona.

Baca: Yunani Protes pada Turki Tak Menahan Pergerakan imigran ke Eropa, Erdogan: Akan Mencapai Jutaan

Baca: Satu Pekerja imigran Indonesia di Taipei Dinyatakan Positif Virus Corona

imigran Menyeberang ke Yunani

Puluhan ribu pengungsi Suriah mencoba menyeberang ke Yunani dari Turki.

Mereka bergerak menuju wilayah yang merupakan anggota Uni Eropa setelah Turki mengatakan tidak akan mencoba mengentikan mereka meninggalkan wilayahnya pada 28 Februari 2020 kemarin.

Lebih lanjut, Sarder mengatakan, UE, AS dan negara-negara lain memiliki kewajiban moral untuk mengatasi migrasi Suriah.

Untuk diketahui, para imigran Suriah telah melarikan diri dari rumah mereka karena menghadapi serangan pasukan rezim yang didukung Rusia di Idlib.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Murat Kula / Anadolu)

Pembicaraan di Brussels

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan pembicaraan dengan para pejabat UE dan NATO di Brussels.

Pertemuan tersebut membahas bagaimana menyelesaikan aliran imigran dari Suriah.

Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan situasi di perbatasan Yunani-Turki adalah hasil dari "Tekanan bermuatan politik,".

Lebih jauh, pada tahun 2016, Turki setuju untuk mencegah pengungsi menyeberang ke UE dengan imbalan miliaran bantuan.

Tetapi Sarder mengatakan UE menjanjikan 6 miliar euro dalam wujud bantuan dan telah mengirimkan kurang dari setengah dana.

"Pada tahap ini, saat ini, kita membutuhkan tindakan lebih dari kata-kata," kata Sarder .

Baca: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan Akan Bahas Masalah imigran dengan Uni Eropa di Brussels

Baca: Rusia Mengecam Klaim Turki Soal Jutaan imigran dari Idlib: HOAKS

imigran dari Suriah

Diwartakan sebelumnya, Turki menampung sekitar 3,6 juta pengungsi dari Suriah.

Mereka telah mengerahkan ribuan tentara ke Suriah dan telah bentrok dengan pasukan rezim Suriah dalam beberapa pekan terakhir.

Lusinan korban dilaporkan di kedua pihak.

Turki dan Rusia sepakat untuk melakukan gencatan senjata di provinsi Idlib pekan lalu.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini