TRIBUNNEWS.COM - Di luar China, Italia merupakan satu di antara negara yang memiliki catatan pasien virus corona atau Covid-19 terbanyak di dunia.
Menurut catatan Kamis (12/3/2020), setidaknya ada 12.462 orang positif dengan angka kematian menyentuh 827 orang.
Selama 24 jam kemarin berlalu, setidaknya pasien positif Covid-19 bertambah 2.313.
Peningkatan tersebut merupakan peningkatan tertinggi selama Italia terjangkiti corona.
Di balik melonjaknya pasien corona, ada kisah menarik dari tim medis rumah sakit di Milan, Italia.
Seorang perawat membagikan potret diri setelah dia berminggu-minggu bekerja untuk merawat pasien Covid-19.
Ia adalah Alessia Bonari.
Baca: 5 ABK Kapal Pesiar Diamond Princess yang Dirawat di Jepang Sembuh dari Corona
Baca: Dinyatakan Sembuh, 2 Pasien Virus Corona di RSUP Persahabatan Dipulangkan dan Diminta Tak Merokok
Melalui media sosial Instagram miliknya, @alessiabonari_ ia juga membagikan kisah pekerjaan penuh ketakutan yang dia jalani akhir-akhir ini.
Pada postingan tersebut, wajah Alessia Bonari menjadi pusat perhatian.
Pasalnya, wajah perempuan tersebut terlihat merah bekas masker yang selalu ia kenakan saat bekerja.
Pada postingan tersebut, Alessia Bonari juga mengungkapkan ketakutannya.
"Saya seorang perawat dan saya sedang hadapi darurat medis ini," tulis @alessiabonari_.
"Saya takut jika masker yang saya gunakan tidak terpasang dengan benar pada wajah, atau bisa saja saya secara tidak sengaja menyentuh diri saya sendiri dengan sarung tangan kotor,"
Aleesia Bonari juga mengaku sangat lelah dengan kondisi saat ini.
"Saya lelah secara fisik karena alat pelindung yang tak nyaman. Jas laborat membuat saya langsung berkeringat,"
"Dan sekali pakai, saya tidak bisa pergi ke kamar mandi atau minum selama enam jam,"
"Saya lelah secara psikologis, begitu pula teman-teman saya di sini dalam keadaan yang sama selama berminggu-minggu."
Baca: Foto-foto Tom Hanks dan Istrinya di Australia Sebelum Positif Virus Corona
Baca: Italia Tutup Semua Toko, Kecuali Penjual Makanan dan Apotek untuk Lawan Virus Corona
Meski banyak halangan dan risiko, Alessia tetap akan terus berjuang meneruskan pekerjaan yang dia tekuni.
Bahkan Alessia juga mengungkapkan kebanggaannya bekerja sebagai perawat medis.
"Tapi saya akan terus merawat pasien-pasien saya karena saya bangga dan cinta dengan pekerjaan ini," lanjut caption @alissiabonari_.
Pada akhir captionnya, Alessia ingin membagikan meyakinkan masyarakat jika tidak ada tim medis yang mementingkan diri sendiri.
Bahkan dia rela tak pulang ke rumah untuk melindungi pasien meskipun risiko terjangkit tim medis juga sama besar.
"Kita orang muda tidak kebal dengan virus corona. Kita juga bisa sakit atau lebih buruk. Saya juga bukan orang kaya yang bisa kembali ke rumah dengan kondisi kota yang di karantina," tulis Alissia.
"Saya harus pergi bekerja dan melakukan peran saya," pungkas caption @alissiabonari_.
Postingan Alissia tersebut mendapat respon positif dari warganet.
Mereka memberikan semangat dan ucapkan terima kasih pada wanita asal Grosseto, Tuscany tersebut.
Dokter di Italia Pilih Selamatkan Pasien Corona yang Muda dan Sehat
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Italia telah mengisolasi seluruh warganya karena wabah virus Corona pada Senin (9/3/2020) lalu.
Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte.
Dalam konferensi pers, Conte mengatakan telah mengunci seluruh wilayah Italia, yang sebelumnya hanya diterapkan di Italia bagian Utara.
"Semua zona merah kini diperluas ke semua wilayah teritori nasional," ujar Conte, dikutip dari CNN.
Kini, 12.462 orang telah terinfeksi hingga Kamis (12/03/2020).
Baca: Italia Tutup Semua Toko, Kecuali Penjual Makanan dan Apotek untuk Lawan Virus Corona
Baca: Bek Juventus asal Italia, Daniele Rugani, Dikabarkan Positif Terjangkit Virus Corona COVID-19
Sebanyak 827 orang meninggal dunia atas wabah Covid-19.
Penyebaran virus Corona di Italia pun semakin meningkat.
Dikutip dari Guardian, seluruh Lombardy, termasuk Milan, dan 14 provinsi di wilayah utara adalah yang paling parah terkena dampak.
Negara mencatat kenaikan tertinggi di Lombardy, dengan kenaikan tertinggi dalam sehari akibat Covid-19.
Di sana, rumah sakit setempat mulai kehabisan tempat tidur.
Pasokan medis yang semakin menipis pun memaksa dokter untuk membuat pilihan yang semakin sulit.
Rumah sakit berjuang untuk menambah jumlah tempat tidur yang tersedia di unit perawatan intensif.
Politico melaporkan, beberapa telah menutup seluruh bangsal untuk hanya menggunakannya pada penderita virus Corona yang telah parah.
Ada pula rumah sakit yang telah mengubah ruang operasi menjadi unit perawatan intensif.
Para dokter bekerja tanpa henti untuk menangani rekan-rekan mereka yang turut terinfeksi virus Corona.
Peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang berbanding terbalik dengan fasilitas medis pun membuat para dokter menemui pilihan sulit.
Mereka menghadapi situasi di mana mereka harus terpaksa memilih siapa yang mendapatkan tempat tidur dan respirator.
Dengan kata lain, para dokter harus memilih siapa pasien yang lebih diutamakan.
"Kita harus memilih siapa yang akan dirawat," kata seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di Milan.
Sang dokter menambahkan, Lombardy memiliki sekitar 900 tempat tidur yang tersedia untuk pasien yang membutuhkan perawatan intensif.
Namun, di beberapa provinsi, terutama di Bergamo, Lodi dan Pavia, rumah sakit benar-benar penuh.
Oleh karena itu, para dokter di Italia memberikan keputusan.
Luigi Riccioini, seorang ahli anestesi dan kepala komite etika di Siiarti, Italian Society of Anesthesia, Analgesia, Resuscitation and Intensive Care, menjawabnya.
Riccioini turut menulis pedoman baru tentang bagaimana memprioritaskan pengobatan pasien virus Corona di rumah sakit.
Hasilnya, para dokter memprioritaskan pasien yang lebih muda dan sehat daripada pasien yang lebih tua atau memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Pasalnya, pasien yang lebih muda dan sehat dianggap memiliki peluang terbesar untuk bertahan hidup.
"Kami tidak ingin membeda-bedakan," kata Riccioini.
"Kami menyadari, tubuh pasien yang sangat rapuh tidak dapat mentolerir perawatan tertentu dibandingkan dengan orang yang sehat," sebutnya.
Dengan mengeluarkan rekomendasi tersebut, Riccioni mengatakan, dia ingin memastikan dokter dan staf medis mengetahui pilihan yang sulit ini.
"Banyak kolega takut akan peningkatan wabah ini," tambahnya.
Giulio Gallera, penasihat kesejahteraan untuk Lombardy mengatakan, tekanan tinggi pada dokter membuat mereka semakin stres.
Gallera menyebut, dia sempat melihat beberapa petugas media menangisi situasi mengerikan di rumah sakit mereka.
"Mereka takut mereka tidak dapat memberikan perawatan yang dibutuhkan semua orang, karena permintaan melebihi sumber daya," kata Gallera.
Dalam sebuah wawancara di harian Italia Senin (9/3/2020) lalu, Christian Salaroli, seorang ahli anestesi dari sebuah rumah sakit di Bergamo, membandingkan situasi di rumah sakit dengan masa perang.
Pasien tua dibiarkan di pinggir jalan.
"Pilihan telah dibuat, di mana hanya pasien Covid-19 yang masuk. Jika seseorang berusia 80-95 tahun dan memiliki gangguan pernapasan akut, dia mungkin tidak bisa diselamatkan," terang Salaroli.
Mario Riccio, seorang ahli anestesi yang bekerja di sebuah rumah sakit di Cremona, turut memberi komentar.
Ia menyebut, prinsip "pertama datang, pertama dilayani" sudah tidak berlaku lagi setelah virus Corona mewabah di Italia.
(Tribunnews.com/Siti Nurjannah Wulandari/ Citra Agusta Putri Anastasia)