News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Perjuangan Perawat di Prancis Lawan Covid-19: 'Ketika Bangun Pagi, Aku Menangis'

Penulis: Daryono
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Staf medis mendorong seorang pasien ke dalam helikopter medis Prancis NH90 dari RHC ke-1 (Resimen Helikopter Tempur ke-1) di Strasbourg, pada 30 Maret 2020, untuk dievakuasi ke rumah sakit Jerman di tengah pecahnya COVID-19.

TRIBUNNEWS.COM - Kisah-kisah haru dari para petugas medis dalam melawan wabah virus Corona seakan tak ada habisnya.

Kali ini, kisah tentang perjuangan petugas medis datang dari Prancis, negara diurutan ke-5 dengan kasus Covid-19 terbesar di dunia, berdasar data worldmeter.indo, Selasa (31/3/2020) pukul 16.23 WIB. 

Pada Senin (20/3/2020) kemarin, Prancis melaporkan kasus kematian harian tertinggi sejak wabah Corona menyerang negara itu, yakni 418 orang. 

Hal itu membuat angka kematian akibat Covid-19 di Prancis menjadi menjadi 3.024.

Sementara, sejauh ini sebanyak 44.450 orang telah dites positif sejauh ini.

Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), seorang perawat mengaku menangis saat ia bangun dari tidurnya di pagi hari.

"Ketika bangun pagi aku menangis. Aku menangis saat sarapan. Aku menangis ketika tengah bersiap-siap," kata perawat Elise Cordier di Facebook, dalam sebuah postingan yang mengungkapkan ketakutan dan penderitaan orang-orang yang berada di garis depan.

Baca: BREAKING NEWS: Jokowi Gratiskan Tarif Listrik 450 VA 3 Bulan, Diskon 50% untuk 900 VA

Meski demikian, sesampainya di ruang ganti rumah sakit, Elise mengeringkan air matanya.

"Aku menarik napas, aku menghela nafas. Orang-orang di ranjang rumah sakit juga menangis, dan akulah yang ada di sana untuk mengeringkan air mata mereka," ujar dia.

Profesor Elie Azoulay, yang memimpin unit perawatan intensif di sebuah RS di Paris mengatakan timnya saat ini ketakutan karena menghadapi ketidakpastian di tengah wabah Coronavirus yang masih terus melonjak.

"Tim kami takut akan ketidakpastian yang menunggu kami pekan ini dan bulan April," kata dia.

Hal ini mengingat ranjang pasien di rumah sakitnya sudah penuh.

Padahal rumah sakitnya sudah menambah 50 tempat tidur baru.

"Mereka takut untuk diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. Takut tidak berhasil, kewalahan," kata Azoulay yang mengetahui sejumlah perawat dan dokter telah kehilangan nyawa mereka di tempat lain.

"Tapi mereka juga tabah, bermartabat dan terus terang mereka menginspirasi rasa hormat," tambahnya.

"Para perawat telah membuatku takjub," imbuh dia. 

Baca: DATA TERKINI Jumlah Pasien Positif Corona 1.528 Orang Per 31 Maret 2020, 136 Meninggal, 81 Sembuh

Para perawat tidak hanya ketakutan karena banyaknya pasien yang meninggal dan menderita saat paru-parunya melemah karena Covid-19.

Mereka juga takut jatuh sakt dan menulari keluarga mereka di rumah.

"Mereka berbicara tentang gelombang, tsunami, yang menurut definisi berarti kita akan tenggelam," kata Benjamin Davido, direktur krisis medis di rumah sakit Raymond-Poincare di barat Paris.

“Kekhawatirannya adalah bahwa kita akan mengatakan kepada orang-orang yang sakit dengan tandu, 'Maaf, kita tidak memiliki tempat tidur lagi,'" katanya.

Kekhawatiran besar lainnya, kata Davido, adalah harus merawat rekan mereka sendiri.

Kegelisahan yang dialami para perawat berbarengan dengan kurangnya masker dan alat pelindung diri (APD) di rumah sakit di Prancis. 

10 hari lalu, amarah publik Prancis memundak setelah seorang dokter Prancis meninggal dunia saat menangani Corona. 

Psikolog rumah sakit yang sebelumnya ada untuk merawat pasien sekarang mengalihkan perhatiannya kepada rekan-rekan mereka, sesama petugas medis. 

Di Clermont-Ferrand di pusat Prancis, psikiater Dr Julie Geneste mengatakan di luar ketakutan tidak mampu menangai pasien, keluhan yang diterima di unit konsultasinya adalah soal kecemasan keluarga dan teman-teman para perawat bahwa para perawat itu akan menulari mereka. 

"Ini adalah sesuatu yang baru, bahwa generasi kita tidak pernah tahu pada tingkat ini," tambahnya.

"Kami tidak siap untuk ini," kata Etienne, seorang dokter muda di wilayah Paris, yang telah terguncang dengan melihat salah satu pasiennya berpaling dari perawatan intensif.

"Kita semua dalam kesakitan ... Beberapa rekan saya dalam keadaan shock, orang-orang pergi karena takut sakit untuk keluarga mereka."

Psikolog Nicolas Dupuis mengatakan dia telah melihat kenaikan hingga 200 permintaan layanan konsultasi di unitnya yang memberikan layanan untuk mendukung staf medis. 

Para perawat sering terjebak dalam ikatan ganda, katanya, antara kesetiaan mereka kepada keluarga mereka dan pasien mereka.

Tetapi seringkali ketakutan anak-anak mereka yang paling parah.

Seorang asisten perawat mengatakan kepadanya, "Anak perempuan saya yang berusia tujuh tahun berkata kepada saya, 'Ibu, jika kamu sakit, jangan pulang.'"

(Tribunnews.com/Daryono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini