TRIBUNNEWS.COM - Seorang dokter di Pakistan mengaku kondisi memprihatinkan dialami oleh garda terdepan yang menangani virus corona negara itu.
Ia mengaku kewalahan mengobati pasien corona di suatu wilayah di Pakistan.
Ia juga mendapatkan perlakuan aparat kepolisian yang brutal karena terus memaksanya untuk bekerja.
Sebelumnya, dokter itu melakukan aksi unjuk rasa pada Senin (6/4/2020) lalu untuk memprotes kurangnya APD (alat perlindungan diri).
Lalu saat aksi tengah berlangsung, ia mengaku dipukuli dan dihina oleh polisi.
"Pada awalnya, saya berpikir, 'Bagaimana polisi dapat menggunakan kekerasan terhadap pejuang garis depan Covid-19."
"Padahal beberapa hari yang lalu petugas yang sama memberi hormat kepada kami untuk memimpin selama pandemi?" Kata Amanullah, di kantor polisi tempat ia ditahan di Quetta, di wilayah Balochistan, The Guardian mengabarkan.
“Tapi kami salah. Tongkat dan puntung senapan AK-47 menghujani kami."
"Kami diseret melewati jalan dan dilempar ke truk," tambahnya.
Kini, dia dan sekitar 60 dokter lainnya ditahan di kantor polisi semalam dan hanya dibebaskan pada tengah malam hari Selasa (7/4/2020).
Di sisi lain, rumah sakit tempat Amanullah bekerja di ruang gawat darurat, 16 dokter, termasuk kepala departemen kardio, telah terjangkit Covid-19.
"Kami tidak bisa mengatakan berapa banyak pasien yang mereka sebarkan penyakitnya," sambungnya.
Pasalnya, banyak pasien yang dirawat olehnya karena masalah non-corona telah dinyatakan positif terkena virus.
Namun, dokter di rumah sakit yang dikelola pemerintah itu masih belum diberikan APD.