TRIBUNNEWS.COM - Pangeran Abdul Mateen atau Pangeran Mateen kembali jadi perbincangan ramai di media sosial.
Hal tersebut terjadi setelah Pangeran Mateen mengunggah foto-foto saat menghadiri pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
Putra keempat dan anak kesepuluh Sultan Hassanal Bolkiah itu dihujani komentar-komentar para warganet, terutama kaum hawa dari Indonesia.
Mulai komentar bentuk kekaguman hingga berbau vulgar menghiasi kolom komentar di akun Instagram pribadi Pangeran Mateen.
Manager Divisi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Masyarakat (PPKBM) Yayasan Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Solo, Fitri Haryani, memberikan padangannya.
Menurutnya komentar-komentar vulgar bisa mengarah ke bentuk pelecehan verbal yang disampaikan melalui platform media sosial.
Pelecehan bisa dilakukan oleh siapapun baik laki-laki maupun perempuan karena masih ada paradigma patriarki.
Baca: 7 Fakta Pangeran Mateen dari Brunei yang Mendadak Jadi Sorotan Gegara Video Lama dengan Jokowi
Paradigma tersebut bisa dimiliki laki-laki maupun perempuan.
"Seperti halnya kejadian diatas, perempuan kalau secara bersama- sama melakukan akhirnya laki-laki bisa juga menjadi korban," kata Fitri kepada Tribunnews, Senin (13/04/2020).
Oleh karena itu Fitri mengingatkan betapa pentingnya kesetaraan gender dalam memandang contoh situasi seperti di atas.
Ia tidak bisa menampik kerentanan terhadap pelecehan menimpa kaum perempuan
"Selama ini memang kerentanan tersebut lebih banyak menimpa perempuan karena kemudian ini menimpa laki-laki."
"Maka seperti hal yang tidak wajar dan jadi perhatian yang kemudian arahnya pada moral."
"Padahal kalau betul bicara soal kekerasan berbasis gender, maka pisau analisanya memakai pisau analisa relasi kuasa," urai Fitri.