Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Peraih penghargaan Nobel Kedokteran 2012, Prof Shinya Yamanaka dari Universitas Kyoto, menginginkan agar pemerintah juga memberikan alert (kewaspadaan tinggi) kepada daerah di Jepang yang belum terinfeksi atau yang masih sedikit terinfeksi Covid-19.
"Belajar dari penyebaran pandemi Covid-19 saat ini, mungkin sudah waktunya pemerintah juga memberikan alert kepada daerah yang masih bersih atau korban masih sedikit, belajar dari pengalaman di Tokyo dan Osaka," kata Yamanaka dalam acara televisi Jepang, Rabu (15/4/2020) malam.
Prof Shinya Yamanaka melihat adanya kemungkinan menyebar luas Covid-19 di Jepang.
"Oleh karena itu perlu segera sekarang juga memberikan kewaspadaan tinggi mereka kepada Covid-19 agar siap siaga selalu terhadap pandemi ini dan yang masih bersih bisa tetap bersih terus nantinya dengan kewaspadaan tinggi mengantisipasi pandemi ini," kata dia.
Salah satu upaya menjaga kewaspadaan itu dengan menyiapkan peralatan dan perlengkapan terkait infeksi virus corona.
Misalnya masker yang cukup, alat bantu pernapasan yang cukup, baju medis bagi para petugas kesehatan yang cukup dan sebagainya.
"Sehingga pada saat misalnya sampai masuk menyebar ke daerah tersebut, mereka bisa membentengi dengan baik dan dalam waktu cepat bisa meredam penyebaran lebih lanjut," kata dia.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona yang baik adalah dengan merumahkan diri semua warga sedikitnya 80 persen sehingga virus tidak bisa lagi menyebar ke masyarakat.
"Banyak orang mengatakan bahwa PCR untuk berbagai orang di bidang medis tidak cukup. Infeksi nosokomial sudah mulai terjadi di berbagai rumah sakit, dan fase telah berubah," ujar dia.
Baca: DATA TERKINI: Jumlah Pasien Positif Corona 5.516 Orang Per 16 April 2020, 496 Meninggal, 548 Sembuh
Di bidang medis, secara menyeluruh diperlukan PCR dan harus tetap bisa cepat bekerja dan memutuskan bangsal mana yang harus ditutup, yang memerlukan pemeriksaan ketat terhadap gugusan institusi medis.
"Keputusan cepat seperti itulah sangat dibutuhkan. Namun tampaknya saat ini belum bisa dilakukan dengan cepat karena adanya berbagai hambatan misalnya kekurangan perlengkapan medis," ujarnya.
Seorang profesor Universitas Hokkaido Hiroshi Nishiura kemarin juga menekankan simulasi penelitian mengenai kemungkinan 418.000 orang meninggal dunia apabila upaya berdiam diri 80 persen oleh masyarakat tidak dilakukan sejak dini.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com