"Kementerian memberitahu kita sekarang untuk tidak memberikan masker ini kepada wanita hamil," kata yang lain.
"Bagaimana kalau kementerian tidak membuang masker kotor ini ke dalam kotak surat kita?" lanjutnya.
Sementara itu, seorang komentator dari media online Japan Today menyinggung biaya 46,6 miliar yen yang sudah dikeluarkan demi program masker ini.
"Sungguh memalukan bagi masyarakat! Pasti semua masker ini yang dijadwalkan akan dihancurkan," ujarnya.
Sebelumnya, publik Jepang menilai pemerintah terlambat dalam menanggulangi wabah Covid-19 di sana.
Termasuk diantaranya keterlambatan dalam memutuskan penundaan Olimpiade Tokyo 2020.
"Dengan gerakan ini, Abe menunjukkan warna aslinya," kata seseorang.
"Tampilan token murni. Dikirim untuk menenangkan massa dan untuk melakukan sesuatu. Sama sekali tidak berguna di dunia nyata."
"Dikirim dengan biaya besar kepada wajib pajak. Dua per rumah tangga ketika sebagian besar rumah memiliki lebih dari dua anggota. Ini Abe. Semua pertunjukan dan kemegahan dan tidak ada substansi aktual," sambungnya.
Para pejabat di kementerian masih bungkam dengan masalah masker ini.
Namun media lokal melaporkan bahwa kementerian akan segera mengganti masker kotor dengan yang bersih.
Pihak otoritas itu juga menghimbau kepada pemerintah lokal agar mengecek setiap masker sebelum dibagikan luas.
Laporan dari media lokal itu juga menyebut kemeterian akan memberitahu produsen untuk menyelesaikan masalah produksi.
Di tempat lain, pihak panti jompo dan pusat penitipan anak mengkritik topeng karena terlalu kecil untuk menutupi mulut dan hidung orang dewasa.
Hingga Selasa (21/4/2020), Jepang memiliki 11.135 kasus infeksi Covid-19.
Jumlah kematian di negeri matahari terbit ini cukup kecil yakni 263.
Sedangkan pasien sembuh ada sejumlah 1.239.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)