Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun 25 persen di tengah kekhawatiran bahwa negara itu akan kehabisan ruang untuk menyimpan stok minyaknya.
Hal ini dipicu lebih cepatnya pasokan minyak yang mengalir keluar dari sumur daripada yang bisa dipangkas oleh produsen.
Ini tentu saja hanya menyisakan sedikit kapasitas cadangan untuk penyimpanan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (28/4/2020), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni ditutup turun 4,16 dolar AS atau 24,6 persen, di level 12,78 dolar AS per barel pada Senin kemarin.
Sedangkan pada saat yang sama, Brent Inggris sebagai patokan global untuk minyak mentah, ditutup turun 1,74 dolar AS atau 7 persen di level 23,07 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah AS secara keseluruhan dinilai siap untuk melampaui dua pekan rekor tertingginya sejak 2017 lalu, sebesar 535 juta barel.
Ini terjadi jika negara itu mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan rata-ratanya yakni 16 juta barel per hari.
Seperti yang disampaikan Pendiri Petromatix, sebuah perusahaan konsultan risiko minyak yang berbasis di Swiss, Olivier Jakob.
Produksi AS sendiri juga telah turun kurang dari 1 juta barel per hari selama enam pekan terakhir.
Turun dari rekor tertingginya yakni 13,1 juta barel per hari pada pertengahan Maret, menjadi 12,2 juta barel per hari pada pekan lalu.
Meskipun ada penurunan 305 rig yang aktif mengebor minyak mentah.
"WTI masih menunggu untuk melihat data dari pemotongan produksi AS untuk melacak basis dukungan yang lebih kuat," kata Jakob.
Kekhawatiran bahwa AS akan kehabisan ruang untuk menyimpan pasokan minyaknya disebut menjadi penyebab WTI terjun ke harga yang lebih rendah pada pekan lalu.