News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Wabah Covid-19 Diprediksi Akan Berlangsung Lama, WHO: Lindungi Anak-anak

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi krisis virus corona (Covid-19) akan berlangsung dalam waktu lama

Sehingga pandemi ini masih akan terus membuat tenaga medis sibuk untuk melayani pasien terinfeksi Covid-19.

Untuk itu menurut WHO, perlu memperhatikan dan menjaga imunitas yang menyelamatkan nyawa anak-anak di negara miskin.

Hal itu dikatakan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada media dalam konferensi pers virtual, pada Senin (27/4/2020) waktu setempat.

WHO prihatin tentang meningkatnya jumlah kasus terinfeksi dan kematian yang disebabkan Covid-19 di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara Asia.

"Kita masih memiliki jalan panjang di depan dan banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ucap Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dia mengatakan, gelombang kedua infeksi dapat dicegah dengan tindakan yang tepat.

Covid-19 yang muncul akhir tahun lalu di kota Wuhan, China telah menjangkiti 2.970.000 warga di dunia dan menewaskan 205.948 orang.

Tedros mengkhawatirkan kondisi kesehatan anak-anak yang terancam oleh virus corona.

"Anak berada pada risiko yang relatif rendah dari penyakit parah dan kematian karena Covid-19. Tetapi dapat berisiko tinggi dari penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin, " kata Tedros.

"Tercatat sebanyak 13 juta orang telah terdampak di seluruh dunia karena penundaan atau keterlambatan imunisasi rutin terhadap penyakit termasuk polio, campak, kolera, demam kuning dan meningitis," katanya.

"Kekurangan vaksin terhadap penyakit lain yang dilaporkan di 21 negara terjadi akibat pembatasan perbatasan dan gangguan perjalanan yang disebabkan oleh pandemi virus corona," jelasnya mengutip data aliansi vaksin global GAVI.

"Jumlah kasus malaria di Afrika sub-Sahara bisa berlipat ganda," katanya.

"Itu tidak harus terjadi, kami bekerja sama dengan negara untuk mendukung mereka." (Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini