Dalam kerangka pembatasan yang terjadi saat ini, maskapai terbesar Skandinavia itu menyatakan bahwa harapan kini hanya berfokus pada aktivitas terbatas selama musim panas.
"Selain itu, kemungkinan besar ini akan membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum permintaan kembali ke tingkat stabil, sebelum munculnya pandemi ini," tegas Gustafson.
Ia pun memuji bantuan yang diberikan pemerintah, seperti dukungan Swedia untuk para pekerja yang sedang cuti.
Perlu diketahui, Swedia dan Denmark merupakan dua pemegang saham terbesar SAS.
Kedua negara itu telah mengumumkan pada 17 Maret lalu, bahwa mereka akan memberikan stimulus sebesar lebih dari 275 juta euro dalam jaminan kredit untuk melindungi SAS dari dampak krisis ekonomi.
Kendati demikian, Gustafson menilai SAS perlu melihat masa depan dan harus siap melakukan penyesuaian tenaga kerjanya setelah berakhirnya pandemi.
"Covid-19 telah menciptakan krisis secara global bagi masyarakat luas dan industri penerbangan khususnya," papar Gustafson.
Sejak makin mewabahnya pandemi corona pada Maret lalu, perjalanan internasional pun akhirnya terhenti secara total.
SAS bahkan telah memberhentikan sebagian besar stafnya untuk sementara waktu karena terdampaknya aktivitas perjalanan ke luar negeri dan domestik.
Hingga hari ini, maskapai ini hanya mengoperasikan jaringan domestik yang sangat terbatas di wilayah Norwegia dan Swedia.
Scandinavian Airlines atau SAS merupakan pembawa bendera Denmark, Norwegia dan Swedia.
Maskapai ini berkantor pusat di Solna, Swedia dan biasa mengoperasikan 180 pesawat yang terbang ke 90 rute, dengan hub utamanya adalah Bandara Copenhagen-Kastrup, Bandara Stockholm-Arlanda, dan Bandara Oslo, Gardermoen.