Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang dokter cantik yang bekerja paruh waktu di penjara Jepang mengakui tes PCR sedikit di Jepang sebagai hal yang wajar karena tentara tidak dilibatkan.
"Tidak ada dokter yang dilatih dalam latihan sebelumnya, khususnya dokter dari satuan bela diri Jepang (SDF) terlibat mengenai penyakit menular. Oleh karena itu kini kekurangan tes PCR karena SDF tidak dilibatkan," kata dokter lulusan Universitas Kedokteran Wanita Jepang, Fumie Otawa (55).
Menurut Otawa, hanya ada sejumlah tempat terbatas untuk melakukan tes, dan hanya ada sedikit dokter yang melakukannya.
"Petugas kesehatan sendiri menanggung risiko infeksi. Kehadiran dokter militer sebagai alasan untuk kemajuan pesat pemeriksaan di luar negeri seperti di AS. Mereka pandai menangani pasien dengan memakai pakaian pelindung dan anti polutan setiap hari sebagai latihan melawan senjata biologis, sehingga keraguan hanya sedikit bagi mereka menangani Corona," jelasnya.
Di sisi lain, di Jepang, mayoritas dokter tidak pernah mengenakan pakaian pelindung.
"Karena Jepang adalah salah satu negara terbersih di dunia, tidak ada fokus pada epidemi," tambahnya.
Menurutnya, apabila pasukan SDF bagian kedokteran ikut bersama masyarakat dan lembaga swasta lain semua bersama-sama dikerahkan menangani tes PCR pasti tidak akan kekurangan.
"Mereka tidak terbiasa dan mereka memulai inspeksi di bawah bimbingan Pasukan Bela Diri. Itu tidak lain adalah bagian dari misi, dan saya juga berterima kasih," ujarnya.
Baca: Jam Kerja Tak Manusiawi dan Berisiko, Berapa Sebenarnya Besaran Gaji ABK di Kapal Ikan Asing?
"Di masa depan kita harus meminjam kekuatan sebanyak mungkin dari Pasukan Bela Diri, Sekolah Kedokteran Pertahanan, dan unit medis luar negeri."
Jepang yang damai tanpa perang, membersihkan Jepang dengan epidemi yang lebih sedikit, dan kelemahan pertama adalah masalah yang kita miliki sekarang ini.
Otawa sendiri menunjukkan rasa frustrasinya sebagai seorang dokter.
Saat ini, ia terlibat dalam kedokteran ortodontik dan bekerja di penjara dan sekolah pelatihan remaja, sehingga ia berisiko tertular virus dan menyebabkan cluster.
Baca: Tim Pengawas Covid-19 DPR RI Kritik Koordinasi Antar Kementerian dan Lembaga
"Penjara akan runtuh bukan hanya karena runtuhnya perawatan medis. Itulah situasi yang harus dihindari," kata dia.
"Saya benar-benar minta maaf karena sepertinya poin atau permintaan yang tinggi. Baiknya mari kita kirim bantuan sebanyak mungkin," kata dia.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com