TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Korea Selatan pada Senin (11/5/2020) lalu bergegas melacak infeksi Covid-19 yang berkaitan dengan klub malam di Seoul.
Sebelumnya, Korea Selatan dipuji dunia karena tindakannya yang cepat dan efektif terhadap pandemi.
Alhasil langkah semacam ini secara signifikan mengurangi tingkat infeksi baru dalam beberapa minggu terakhir.
Sayangnya, sejumlah orang yang kurang peduli dengan risiko penularan membuahkan gelombang kedua wabah di negara ini.
Otoritas terkait mengumumkan ada 35 kasus terkait klub malam pada Minggu (10/5/2020) lalu, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Jumlah infeksi baru terbanyak setelah sebulan berjalan stabil.
Baca: KBRI Seoul Minta WNI Pengunjung Klub di Itaewon Lakukan Tes Corona
Baca: Korea Selatan Mendeteksi Kluster Baru Covid-19, 2 Hari setelah Fasilitas Publik Kembali Normal
Sebanyak 29 di antaranya, berkaitan dengan beberapa klub malam dan bar.
Dikutip dari laporan CNN pada Selasa (12/5/2020), ada lebih dari 100 kasus infeksi yang dikaitkan dengan tempat hiburan malam di ibukota ini.
Fakta banyaknya kasus berasal dari komunitas minoritas itu lantas menimbulkan guncangan pada pemerintah.
Sebab mereka harus berusaha melacak para anggota komunitas tersebut, sedangkan Korea masih menganggap tabu hal-hal seperti itu.
Pemerintah telah melakukan tes Covid-19 pada lebih dari 2.450 orang yang pergi ke tempat-tempat malam di lingkungan Itaewon.
Tetapi ada 3.000 orang yang masih menjalani pelacakan di area tersebut.
Ratusan orang lainnya yang melakukan kontak dengan pelanggan klub juga telah diuji.
"Prioritas utama kami adalah untuk meminimalkan penyebaran infeksi," kata Perdana Menteri, Chung Sye-kyun.
"Kita harus cepat menemukan dan mengujinya, dan kecepatan adalah kuncinya," tambahnya.
Wabah kali ini menyoroti kemungkinan konsekuensi yang tidak diinginkan dari metode penelusuran invasif Korea Selatan.
Selain itu, orang-orang yang sedang dilacak atau pasien corona beberapa identitasnya akan diungkap, paling lazim adalah lokasi saat ini.
Pejabat kementerian kesehatan, Yoon Tae-ho meminta orang-orang yang ada di komunitas minoritas ini agar sukarela dites Covid-19.
"Kami melepaskan pergerakan pasien yang dikonfirmasi untuk mendorong siapa saja yang mungkin terpapar, dites secara sukarela," katanya.
"Kami mendesak Anda untuk tidak membagikan informasi pribadi pasien atau rumor tidak berdasar, yang tidak hanya menyakiti mereka tetapi juga dapat dikenakan hukuman," tambah Tae-ho.
Kasus infeksi di klub malam ini berawal dari seorang pria 29 tahun yang mengunjungi beberapa klub di Itaewon pada 1 Mei dan 2 Mei dini hari.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (KCDC) Korea Selatan, pada 7 Mei pria itu dinyatakan positif Covid-19.
Baca: Pemain Tottenham, Heung-Min Son Jadi Peserta Terbaik selama Wajib Militer di Korea Selatan
Baca: Sebuah Klub Malam di Korea Selatan Dilaporkan Menjadi Kluster Baru Penyebaran Covid-19
Pria itu mengunjungi klub malam disaat Korea Selatan masih di bawah aturan jarak sosial dan baru dicabut pada 6 Mei.
Wakil direktur KCDC, Kwon Joon-wook mengatakan pada Selasa bahwa sekarang ada dua orang yang diidentifikasi sebagai orang pertama yang memiliki gejala pada 2 Mei lalu.
Dia juga menegaskan bahwa cluster Itaewon mungkin punya banyak sumber atau episenter virus ini.
Setelah berita ini menyebar, sejumlah media Korea Selatan melaporkan bahwa bar yang dikunjungi pria tersebut adalah bar LGBTQ.
Informasi diperinci dengan menyebutkan usia pria itu, distrik tempat tinggal, dan pergerakannya.
Wali kota Seoul, Park Won mengatakan jumlah orang yang telah diuji hampir dua kali lipat antara Minggu dan Senin.
Itu terjadi setelah pemerintah kota menawarkan tes anonim, untuk menghindari diskriminasi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)