Sama halnya dengan India, para korban jiwa ini meninggal karena tertimpa pohon tumbang dan bongkahan beton yang terbawa angin.
Ibu kota Benggala Barat, Kolkata mengalami kerusakan parah hingga jalanan yang banjir dengan beberapa mobil yang tenggelam dalam air.
Sebagian besar wilayah kota berpenduduk 15 juta jiwa ini telah tergenang air dan stasiun-stasiun transformator di sana meledak.
Pemerintah mengatakan jutaan penduduk Bangladesh dan India Timur tidak berdaya menghadapi angin topan itu.
Topan baru melemah setelah bergerak di sepanjang pantai Bangladesh tetapi masih melepaskan hujan lebat dan angin kencang di Cox's Bazar, distrik yang menampung sekitar satu juta pengungsi Rohingya dari kekerasan di Myanmar.
Amphan adalah 'angin topan super' pertama yang terbentuk di Teluk Bengal sejak 1999 dan angin yang berhembus kencang hingga 185km/jam di laut.
Angin ini datang membawa gelombang badai yang menepi hingga ke daratan.
Polisi Bangladesh mengatakan, badai laut setinggi 1,5 meter telah menghancurkan tanggul dan membanjiri lahan pertanian.
Pemerintah Bangladesh mengatakan hutan bakau Sundarbans merupakan lokasi yang terdampak paling parah.
"Kami masih belum mendapatkan gambaran kerusakan yang sebenarnya. Kami sangat prihatin dengan beberapa hewan liar. Mereka dapat tersapu saat gelombang badai saat air pasang," kata kepala hutan, Moyeen Uddin Khan.
Salah seorang penduduk di desa pesisir Sundarbans di India, Babul Mondal mengatakan rumah-rumah bagaikan ditabrak buldoser.
"Semuanya hancur," ujarnya.
Baca: Gubernur Gorontalo Geram, 7 Jemaah Tabligh Akbar Bangladesh Lolos dengan Hasil Rapid Tes Reaktif
Baca: Bersama Warga Bangladesh, Beberapa WNI Kabur dari Pusat Karantina Covid-19 di Malaysia
Enamur Rahman, menteri junior Bangladesh untuk manajemen bencana mengatakan 2,4 juta orang dan lebih dari setengah juta ternak dibawa ke tempat evakuasi.
Sementara itu India mengevakuasi lebih dari 650.000 di Benggala Barat dan Odisha