TRIBUNNEWS.COM - Angin topan yang sangat kuat kembali menghantam Bangladesh dan India Timur sejak lebih dari 20 tahun silam.
Banyak rumah roboh, mobil-mobil terbang hingga ke jalanan, dan banjir di dua wilayah ini.
Setidaknya ada 20 orang meninggal dalam bencana alam ini.
Pada Kamis (21/5/2020) pemerintah setempat di India Timur mulai menyurvei kerusakan, setelah jutaan orang menghabiskan malam menyaksikan angin berkekuatan besar mengoyak rumah mereka.
Dikutip dari The Guardian, angin topan ini berkecepatan 165 km/jam (102 mph) hingga kuat mencabut pepohonan, tiang listrik, dinding serta atap, dan stasiun-stasiun transformator meledak.
Baca: Industri dan Bisnis Mulai Dibuka Lagi, Tapi Pengangguran di India Tetap Tinggi
Baca: 74 WNI di Repatriasi dari India, Jamaah Tabligh Masih Harus Jalani Karantina dan Proses Hukum
Sementara itu di Bangladesh pemerintah mengatakan mereka sedang menunggu laporan dari Sundarbans.
Sebuah situs warisan UNESCO yang dikenal dengan hutan bakaunya dan populasi harimau Bengal yang terancam punah.
Dikabarkan area ini terdampak paling parah angin topan amphan.
Namun upaya antisipasi dengan mengevakuasi 3 juta penduduk desa di pesisir telah mencegah korban jiwa lebih banyak dari badai mengerikan ini.
Kini pemerintah Bangladesh dan India Timur sedang mengirim masker dan hand sanitizer kepada para pengunsi.
Besar kemungkinan para pengungsi akan berjubelan di dalam gedung sekolah maupaun kantor pemerintahan tempat evakuasi.
Kepala menteri Benggala Barat, Mamata Banerjee memperkirakan ada 10 hingga 12 kematian di negaranya, meskipun tidak semua telah terkonfirmasi.
Pemerintah Bangladesh mengatakan delapan orang telah tewas, termasuk seorang bocah lelaki berusia lima tahun dan seorang lelaki berusia 75 tahun.
Keduanya diketahui tertimpa pepohonan yang tumbang dan ada lagi seorang relawan darurat yang tenggelam waktu penyelamatan.