TRIBUNNEWS.COM - Organisasi kesehatan dunia (WHO) membentuk sebuah yayasan untuk memperluas pendanaannya secara mandiri.
Menanggapi hal tersebut, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus yang juga Kepala Badan Kesehatan PBB angkat bicara.
Tedros mengatakan, yayasan WHO tidak dibentuk sebagai tanggapan atas ancaman Presiden AS Donald Trump terkait penghentian dana.
"(Yayasan) ini sudah dimulai lebih dari dua tahun lalu," ungkap Tedros dalam konferensi pers, yang dikutip Tribunnews dari Anadolu Agency, Rabu (27/5/2020).
"Pada masa penuh tantangan ini, kita harus menemukan segala cara yang mungkin, untuk membagikan harapan kepada orang-orang," tambahnya.
Baca: Donald Trump Ancam Bekukan Dana secara Permanen ke WHO, Ini Alasannya
Baca: Bill Gates Sumbang Rp 3,9 Triliun untuk Penanganan Covid-19, setelah Trump Bekukan Dana WHO
Tak hanya menyampaikan pesan harapan, Tedros mengingatkan untuk selalu saling mengingatkan soal kesehatan.
"Salah satu ancaman terbesar bagi kesuksesan WHO adalah kenyataan kurang dari 20 persen dari anggaran kami datang dalam bentuk kontribusi, yang dinilai fleksibel dari negara-negara anggota," tegas Tedros.
"Lebih dari 80 persen adalah kontribusi sukarela dari negara-negara anggota dan donor lain, biasanya sangat diperuntukan untuk program tertentu," jelas Tedros.
Baca: Begini Skenario Puncak Kedua Wabah Corona yang Diwaspadai WHO
Baca: WHO Desak Indonesia agar Hentikan Penggunaan Klorokuin untuk Mengobati Pasien Covid-19
Tedors menyimpulkan, berarti, WHO memiliki sedikit keleluasaan atas cara membelanjakan dananya.
"Untuk menungkatkan fleksibelitas, kita perlu memiliki sumber daya tambahan, tanpa tanda tangan, dan ini adalah solusi yang baik," paparnya.
Tedros menambahkan, idenya adalah membangun cara menghasilkan dana bagi WHO melalui sumber yang belum pernah WHO manfaatkan, termasuk masyarakat umum.
Anggaran Tahunan WHO
Sebagai catatan, sampai sekarang, WHO telah menjadi salah satu dari sedikit organisasi internasional yang belum menerima sumbangan dari masyarakat umum.
Tedros mengatakan, anggaran tahunan WHO sekitar 2,3 miliar dolar AS (Rp 32,4 triliun) dinilai sangat kecil untuk lembaga global.
Dengan dana tersebut, Tedros menyebut, WHO justru lebih mirip rumah sakit menengah di negara maju.
Lebih lanjut, berbicara soal yayasan, Tedros mengatakan, WHO perlu berinvestasi lebih banyak dalam berbagai program.
Baca: Masalah Keselamatan Nyawa, WHO Hentikan Sementara Penggunaan Hidroksiklorokuin untuk Covid-19
Baca: Penyaluran Bansos Seharusnya Ditangani Satu Kementerian Agar Tidak Terjadi Tumpang Tindih Data
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)