TRIBUNNEWS.COM - Bintang NBA, Michael Jordan mengungkapkan kemarahannya atas kematian George Floyd.
Sebelumnya George Floyd adalah pria kulit hitam yang meninggal setelah lehernya dikunci oleh lutut seorang polisi, Derek Chauvin.
Dalam video yang viral, Floyd ditiarapkan ke aspal sementara Chauvin menekankan lututnya di atas leher pria itu hingga dia mengeluh tidak bisa bernapas.
"Tolong, aku tidak bisa bernapas," rintih Floyd, dimana kata-kata terakhirnya ini jadi semboyan yang digaungkan demonstran di seluruh AS.
Baca: Cerita WNI di Philadelphia soal Kerusuhan Akibat Kematian George Floyd: Kami Baik-baik Saja
Baca: Suarakan Protes Kematian George Floyd, Massa di London dan Berlin Turun ke Jalan
Sampai saat ini demo tidak hanya terjadi di seluruh AS tapi telah meluas hingga ke Inggris dan Berlin.
Dikutip dari Al Jazeera, Jordan mengaku turut berkabung sebagaimana keluarga George Floyd yang kehilangan pria itu karena aksi rasisme.
"Saya sangat sedih, benar-benar sedih dan benar-benar marah," kata Jordan dalam pernyataannya di Twitter, Minggu (31/5/2020).
"Saya melihat dan merasakan sakit, kemarahan, dan frustrasi semua orang," tambahnya.
"Saya mendukung orang-orang yang menyerukan rasisme dan kekerasan yang mendarah daging terhadap orang-orang kulit berwarna di negara kita. Kita sudah cukup," ujar Jordan.
Komentar Jordan bertepatan dengan makin meluasnya aksi protes di kota-kota seluruh negara bagian AS.
Sampai saat ini postingan Jordan itu telah disukai 64.000 dan di-retweet sebanyak 16.400 kali.
Meski mendukung protes anti rasisme, si juara enam kali NBA ini juga meminta masyarakat agar berempati dan tidak melancarkan kebrutalan yang tidak masuk akal.
"Kita perlu melanjutkan ekspresi damai terhadap ketidakadilan dan menuntut pertanggungjawaban," kata Jordan.
"Suara kita yang bersatu perlu memberi tekanan pada para pemimpin kita untuk mengubah undang-undang kita, atau kita perlu menggunakan suara kita untuk menciptakan perubahan sistemik," tambahnya.