Demonstrasi publik yang mereka lakukan adalah mengarah pada penargetan orang-orang yang terpinggirkan, termasuk ras minoritas, wanita dan anggota Komunitas LGBTQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, dan Querr).
“Argumennya adalah bahwa militan anti-fasisme secara inheren membela diri karena kekerasan yang didokumentasikan secara historis yang diajukan oleh kaum fasis,” kata Mark Bray, seorang dosen sejarah di Universitas Rutgers.
Baca: Tindihan Polisi di Bagian Punggung Juga Disebut Penyebab Kematian George Floyd
Baca: Miss Malaysia 2017 Samantha Katie James Tuai Kecaman Setelah Posting tentang Kasus George Floyd
Banyak penyelenggara Antifa juga berpartisipasi dalam bentuk pengorganisasian masyarakat yang lebih damai.
Namun mereka percaya bahwa menggunakan kekerasan dapat dibenarkan karena jika kelompok rasis atau fasis dibiarkan berorganisasi secara bebas pasti akan menghasilkan kekerasan terhadap masyarakat yang terpinggirkan.
Kapan gerakan Antifa dimulai?
Orang mulai bergabung dengan gerakan ini di Amerika Serikat setelah pemilihan Trump pada 2016.
Mereka ada untuk melawan ancaman yang mereka yakini diajukan oleh alt-right.
Salah satu kelompok pertama di Amerika Serikat yang menggunakan nama itu adalah Rose City Antifa , yang mengatakan didirikan pada 2007 di Portland, Ore.
Baca: Hasil Autopsi Independen: George Floyd Meninggal Karena Dibunuh
Baca: Cole Sprouse Ngaku Ditahan Aparat Kepolisian Lantaran Ikut Demo Kematian George Floyd
Kelompok itu memiliki banyak pengikut di media sosial.
Di mana media sosial mereka digunakan untuk berbagi artikel berita, atau mengungkapkan identitas dan informasi pribadi dari tokoh-tokoh di sayap kanan.
Gerakan Antifa mendapatkan lebih banyak visibilitas pada tahun 2017, setelah serangkaian acara yang menyoroti pemrotes anti-fasis.
(Tribunnews.com/Yurika Nendri)