News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Amerika Serikat

Gas Air Mata dan Semprotan Merica Berisiko Jadi Penyebab Penularan Corona di Tengah Kerusuhan AS

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gas air mata mengepul di antara demonstran dengan polisi saat aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di luar lingkungan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Samuel Corum

TRIBUNNEWS.COM - Pandemi corona bertabrakan dengan protes yang telah berlangsung selama beberapa hari di Amerika Serikat.

Ini menimbulkan kekhawatiran berjamurnya virus corona di antara polisi dan para demonstran, khususnya komunitas Afrika-Amerika.

"Ini adalah hal terburuk yang mungkin terjadi," kata Dr Howard Markel, direktur Pusat Sejarah Kedokteran di Universitas Michigan dan pakar pandemi.

"Sulit untuk mengetahui berapa banyak dari orang-orang itu yang merupakan pembawa tanpa gejala, dan itu benar-benar menakutkan," tambahnya, dikutip dari The Guardian

Banyak faktor berkontribusi dalam penyebaran virus corona saat melakukan demonstrasi.

Baca: Pesan Dukungan Obama untuk Para Demonstran Tuntut Keadilan George Floyd di AS

Baca: Dakwaan Polisi yang Menindih George Floyd Ditingkatkan, Tiga Lainnya Dituduh Bersekongkol

Sejumlah demonstran berlutut dan meneriakkan yel-yel di depan Kantor Polisi Detroit saat melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat.  (AFP/Seth Herald)

Antara lain tidak adanya jarak sosial, keterbatasan masker, dan polisi yang menggunakan gas air mata, serta penangkapan.

Di saat yang sama, ancaman infeksi tidak akan menghalangi para demonstran untuk menyuarakan keadilan bagi George Floyd dan komunitas kulit hitam.

Dalam beberapa kasus, pria kulit hitam yang dibunuh polisi memiliki penyakit menular serius.

"Protes menyelamatkan jiwa orang kulit hitam di negara ini," kata Dr Rhea Boyd, dokter anak dan master kesehatan masyarakat dalam kebijakan kesehatan minoritas.

"Meskipun berada di jalanan meningkatkan risiko Anda (terinfeksi Covid-19) kita semua tahu bahwa risiko memang ada," tambahnya.

Sementara ini Covid-19 telah membunuh lebih dari 100.000 orang Amerika hanya dalam beberapa bulan saja.

Nahasnya sebuah studi mengatakan satu dari 1.000 pria kulit hitam d Amerika diperkirakan akan meninggal karena kekerasan polisi semasa hidup.

Polisi Detroit menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat.  (AFP/Seth Herald)

Angka ini sama dengan tingkat kematian campak pada anak-anak.

Virus SARS-CoV-2 penyebab sakit Covid-19 merupakan penyakit yang serius.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini