Colston kemudian mulai mengembangkan reputasi sebagai filantropis yang menyumbang untuk kegiatan amal seperti sekolah dan rumah sakit di Bristol dan London.
Baca: Sebelum Bunuh George Floyd, Mantan Polisi Derek Chauvin Sempat Diperingatkan Rekannya
Baca: Pemakaman George Floyd, Cerita Keluarga Mengenang Hidupnya hingga Wali Kota Minneapolis Berlutut
Dia sempat bertugas sebagai anggota parlemen Tory untuk Bristol sebelum meninggal di Mortlake, Surrey, pada 1721.
Edward Colston dimakamkan di Gereja All Saints di Bristol.
Filantropinya berarti nama Colston meresapi Bristol.
Selain patung, ada Colston's, sebuah sekolah independen, dinamai menurut namanya, bersama dengan ruang konser, Colston Hall, sebuah blok perkantoran bertingkat tinggi, Menara Colston, dan Jalan Colston.
Para pegiat telah berargumentasi selama bertahun-tahun, hubungannya dengan perbudakan berarti kontribusinya terhadap kota harus dinilai kembali.
Sebuah petisi yang mengumpulkan ribuan tanda tangan dalam sepekan terakhir mengatakan dia 'tidak punya tempat' di Bristol.
Baca: Meghan Markle Buka Suara Terkait Insiden George Floyd dan Orang Kulit Hitam Korban Kekerasan Lainnya
Baca: Madonna Nekat Ikut Aksi Protes Kematian George Floyd Meski Lututnya Masih Cedera
"Sementara sejarah tidak boleh dilupakan, orang-orang ini yang diuntungkan dari perbudakan individu tidak layak mendapatkan kehormatan patung."
"Ini harus disediakan bagi mereka yang membawa perubahan positif dan yang memperjuangkan perdamaian, kesetaraan, dan persatuan sosial."
"Kami dengan ini mendorong dewan kota Bristol untuk menghapus patung Edward Colston. Dia tidak mewakili kota kami yang beragam dan multibudaya," bunyi petisi tersebut, seperti yang diberitakan The Guardian.
Museum Bristol telah berusaha menjelaskan alasan mengapa patung Colston tetap berada di kota.
Mereka mengatakan di situs webnya, "Colston tidak pernah, sejauh yang kita tahu, berdagang di Afrika yang diperbudak dengan alasan sendiri."
"Apa yang kita tahu adalah bahwa dia adalah anggota aktif badan pengurus RAC, yang berdagang di Afrika yang diperbudak, selama 11 tahun," lanjut tulisan di web tersebut.
(Tribunnews.com/Whiesa)