TRIBUNNEWS.COM - Inggris tengah ramai dengan adanya aksi perobohan patung Edward Colston di Bristol.
Perobohan patung Edward Colston ini menyusul dengan aksi protes terhadap kematian George Floyd beberapa waktu yang lalu.
Lalu, siapa sebenarnya Edward Colston yang patungnya dirobohkan dan dibuang ke sungai oleh pengunjuk rasa?
Dikutip dari The Guardian, Edward Colston merupakan seorang pedagang budak terkenal di Inggris.
Baca: Setelah Pembunuhan George Floyd, Dewan Kota Minneapolis Ingin Bubarkan Kepolisian
Baca: Mantan Wapres Joe Biden akan Temui Keluarga George Floyd, Tolak Dikawal agar Tak Ganggu Pemakaman
Patungnya yang berbahan dasar perunggu dengan tinggi 5,5 meter ini, berdiri di Colston Avenue sejak 1895 sebagai peringatan untuk karya-karya filantropisnya.
Meskipun lahir di Bristol pada 1636, Edward Colston tidak pernah tinggal di sana sebagai orang dewasa.
Semua perdagangan budaknya dilakukan di luar Kota London.
Colston tumbuh dalam keluarga pedagang kaya di Bristol dan setelah pergi ke sekolah di London, ia membuktikan dirinya sebagai pedagang yang sukses di bidang tekstil dan wol.
Pada 1680, ia bergabung dengan perusahaan Royal African Company (RAC) yang memonopoli perdagangan budak Afrika Barat.
Secara resmi dipimpin oleh saudara Raja Charles II yang kemudian naik takhta sebagai James II.
Baca: Sempat Ditegur Wali Kota Washington DC, Trump Tarik Tentara Nasional dari Lokasi Demo George Floyd
Baca: Pengantin Gelar Pernikahan di Tengah Demo Bela George Floyd, Massa Ikut Bersorak dan Abadikan Momen
Perusahaan mencap budak - termasuk wanita dan anak-anak - dengan inisial RAC di dada mereka.
Dipercaya, Colston telah menjual sekitar 100.000 orang Afrika Barat di Karibia dan Amerika antara tahun 1672 dan 1689.
Melalui perusahaan RAC inilah, Colston menghasilkan sebagian besar kekayaannya, menggunakan keuntungan untuk beralih ke peminjaman uang.
Dia menjual sahamnya di perusahaan kepada William, Prince of Orange, pada 1689.