TRIBUNNEWS.COM - Warga kota Richmond, Virginia, Amerika Serikat merubuhkan patung Christopher Columbus, membakarnya, dan membuangnya ke danau, Newsweek mengabarkan.
Sebelumnya, pada Selasa (9/6/2020) lalu, patung itu telah dicoret-coret dengan cat merah oleh demonstran.
Kini (10/6/2020), patung itu tenggelam di Fountain Lake.
Patung itu dililiti tali neon berwarna cerah yang digunakan untuk merubuhkannya dari alasnya.
Sebuah poster protes di tempat tenggelamnya patung bergambar batu nisan dengan tulisan "Rasisme: Anda tidak akan dirindukan," menurut laporan stasiun berita lokal WRIC.
Baca: Sosok Edward Colston, Patung Pedagang Budak di Inggris yang Dirobohkan Massa Saat Demo Floyd
Baca: Huru-hara AS: Patung Kontroversional Mantan Wali Kota Philadelphia Frank Rizzo Diturunkan
Departemen Taman Kota dan Rekreasi mengatakan kepada WRIC bahwa patung itu dalah milik kota Richmond.
"Apa pun yang menindas orang berdasarkan warna kulitnya harus pergi," ujar seorang demonstran pada rapat umum di depan patung.
Ratusan orang lain pun bertepuk tangan tanda setuju.
Seorang pengunjuk rasa yang mengaku membantu merobohkan patung itu mengatakan kepada media bahwa pencopotan bersamaan dengan banyaknya orang berulang kali meneriakkan, "Runtuhkan!"
Setelah patung dicopot, tanda pada alas patung kini berbunyi, "Columbus melambangkan genosida."
Seperti yang dilansir Newsweek, Christopher Columbus adalah tokoh sejarah yang sangat dihormati yang dipercaya membuat empat perjalanan bersejarah trans-Atlantik dari Spanyol ke Kepulauan Karibia dan Amerika Tengah dan Selatan pada akhir 1490-an.
Pelayarannya menandai dimulainya penjajahan Eropa di Amerika pada tahun 1892 saat itu.
Baca: Fakta Unik Venezuela, Negara yang Disebut Surga di Bumi oleh Christopher Columbus
Baca: Viral Pidato Perempuan Papua Saat Demo Kematian George Floyd di Amerika Serikat, Teteskan Air Mata
Presiden Amerika Serikat saat itu, Benjamin Harrison pernah menyatakan Columbus Day sebagai perayaan nasional.
Perayaan itu adalah bentuk untuk menenangkan warga Italia-Amerika yang kesal tentang kelompok pemusnah massal 11 imigran Italia di New Orleans, Louisiana.
12 Oktober kemudian menjadi hari libur nasional Hari Columbus (Columbus Day) pada tahun 1934.
Namun sejak tahun 1989, hampir 140 kota dan 10 negara bagian AS telah mulai merayakan tanggal tersebut sebagai Hari Masyarakat Adat untuk memperingati penduduk asli Amerika, sejarah dan budaya mereka dan bukan untuk memperingati penjelajah pedagang budak asli Amerika.
Dalam kolom Washington Post 2015, Kris Lane, profesor sejarah kolonial Amerika Latin di Universitas Tulane, menyebut Colombus sebagai "tirani yang ditandai dengan kekejaman."
Kris Lane menulis bahwa Columbus mencoba meraih keuntungan dengan memperbudak dan menjual penduduk asli yang diculik dari pantai Karibia.
Sejarawan itu juga mengatakan Columbus mengirim hampir 1.500 penduduk pulau yang diperbudak untuk dijual di pasar budak Eropa.
Columbus juga disebut memaksa masyarakat adat lainnya untuk bekerja di tambang emas.
Di tambang itu, banyak dari para budak yang mati karena kekurangan gizi, terlalu banyak pekerjaan dan penyakit.
Penghancuran patung Columbus ini mengikuti penggulingan patung pedagang budak Edward Colston di Inggris.
Selama akhir pekan, para demonstran di Bristol merobohkan patung Edward Colston dan melemparkannya ke pelabuhan tempat Colston biasa menyimpan kapal-kapal budaknya.
Pada 7 Juni, orang-orang di Richmond juga menjatuhkan patung Konfederasi Jenderal Williams Carter Wickham di Monroe Park.
The Richmond Times-Dispatch melaporkan bahwa seseorang mengencingi patung itu setelah patung itu diruntuhkan dan dicat dengan semprotan "Black Lives Matter" pada alasnya.
Sejauh ini belum ada yang ditangkap karena menjatuhkan salah satu patung.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)