Hingga tidak sadarkan diri, Chauvin tetap menekan leher Floyd dengan lututnya setidaknya selama sembilan menit total.
Floyd harus meninggal di tangan polisi karena diduga memalsukan uang senilai Rp 280 ribuan.
Kembali ke pidato Lynch, seruan untuk menggunduli polisi kerap kali berubah menjadi aksi kekerasan.
Sekitar 300 petugas NYPD terluka sejak demonstrasi dimulai dua pekan silam.
Lebih dari 700 pengaduan diajukan ke departemen kepolisian dalam jangka waktu yang sama.
"Kami sudah memprotes," kata Lynch, sebagaimana dilaporkan New York Post.
"Kami mempercayainya dan kami percaya pada hak-hak mereka, tetapi sekarang kami dibimbing oleh orang-orang yang berniat melakukan kekerasan dari luar komunitas kami, yang melemparkan batu, memecahkan kaca, yang menyebabkan kekerasan yang melukai 300 petugas polisi, beberapa kejam. Itulah yang kami kecam," tegasnya.
Baca: Tentara Garda Nasional AS Positif Covid-19 Setelah Kawal Unjuk Rasa Kematian George Floyd
Baca: AS Merapat Ke Taiwan, China Pamer Kekuatan Terhadap Wilayah yang Diklaim Sebagai Teritorinya
Dia juga mengritik anggota parlemen karena mengabulkan serangkaian gugatan reformasi pada polisi minggu ini, termasuk larangan chokeholds.
Senator negara mengeluarkan undang-undang untuk mencabut 50A, bagian dari Hukum Hak Sipil Negara Bagian New York yang melindungi catatan disiplin petugas polisi dari publik, dimana ini ditolak oleh serikat polisi.
Setelah konferensi pers, Lynch menoleh ke ratusan polisi di belakangnya.
"Jangan pernah meminta maaf karena menjadi petugas polisi Kota New York," katanya.
"Garis biru di bendera. Garis biru di stiker di belakang mobil kita, itu bukan hanya slogan. Itu bukan hanya garis. Itu kamu," tambahnya menyemangati para polisi ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)