TRIBUNNEWS.COM - Upacara pemakaman George Floyd pada Selasa (9/6/2020), berlangsung penuh haru, karena para pelayat mengenangnya sebagai sosok yang baik.
Menurut para pelayat yang datang, 'Big Floyd' merupakan sosok ayah, anak, saudara, atlet, mentor kehidupan, dan bahkan kini menjadi agen perubahan besar bagi kebrutalan polisi.
Lebih dari 500 pelayat memadati gereja di Houston, Texas tempat Floyd tumbuh dan besar, dikutip dari AP News.
Baca: Semprot Gas Air Mata ke Demonstran George Floyd agar Trump Bisa ke Jalan, Gedung Putih Tak Menyesal
Baca: Trump Bela Polisi di Tengah Gencarnya Desakan Bubarkan Kepolisian
Meski harus berkerumun, mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker.
Tepatnya dua pekan lalu, George Floyd meninggal di tangan perwira polisi Minneapolis, Derek Chauvin.
Floyd ditangkap empat polisi karena diduga memalsukan uang senilai Rp 280 ribuan.
Dalam video yang beredar, Floyd ditiarapkan di tanah dengan leher terkunci lutut Chauvin.
Meski Floyd merintih tidak bisa bernapas, Chauvin tidak peduli hingga pria Afrika-Amerika itu tidak sadarkan diri.
Insiden rasisme yang dialami Floyd memicu protes nasional hingga internasional untuk mengakhiri kekejaman polisi pada komunitas kulit hitam.
Kini sosok Floyd tidak hanya sebagai warga biasa, tapi telah menjadi simbol ketidakdilan bagi seluruh dunia.
"Lingkungan Ketiga, Rumah Cuney, di situlah dia dilahirkan," saudara lelaki Floyd, Rodney, memberi tahu para pelayat di gereja Fountain of Praise.
"Tapi semua orang akan mengingatnya di seluruh dunia. Dia akan mengubah dunia," tambahnya.
Pemakaman di Houston mengakhiri enam hari berkabung untuk Floyd di tiga kota, yakni Raeford, North Carolina dekat tempat dia dilahirkan, Houston tempat dia dibesarkan, dan Minneapolis tempat dia meninggal.
Protes dan almarhum George Floyd telah memperkuat persaudaraan komunitas kulit hitam dan mereka yang menjadi korban kekerasan atas ras.