TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Satu dari empat mantan anggota polisi Minneapolis, Amerika Serikat yang didakwa atas kasus pembunuhan warga Afrika-Amerika, George Floyd dibebaskan dengan uang jaminan, pada Rabu (10/6/2020) waktu setempat.
Mantan polisi yang dibebaskan itu adalah Thomas Lane (37).
Ia dibebaskan setelah membayar uang jaminan sebesar 750 ribu dolar AS (Rp10,6 miliar), sesuai dengan keputusan pengadilan.
Ia dibebaskan dari penjara Hennepin County.
Thomas Lane adalah satu dari tiga mantan personil polisi yang didakwa membantu dan bersekongkol dalam pembunuhan tingkat kedua pun membantu dan bersekongkol pada pembantaian tingkat kedua terhadap pria berusia 46 tahun, pada 25 Mei.
Dua teman lainnya adalah Tou Thao (34), dan J. Alexander Kueng (26).
Terdakwa utama adalah Derek Chauvin (44), yang dalam rekaman video terlihat menekan lututnya ke leher Floyd.
Floyd sempat berkata, "Saya tidak bisa bernapas" dan menyerukan nama ibunya sebelum ia meninggal.
Chauvin didakwa dengan pembunuhan tingkat kedua dan pembantaian tingkat dua.
Empat anggota polisi sudah dipecat dari Departemen Kepolisian Minneapolis.
Pengacara Lane, Earl Gray mengatakan kepada media, kliennya sempat mencoba untuk membantu Floyd.
Gray juga mengatakan kepada media bahwa Lane baru empat hari bekerja dan menjalankan tugas patroli saat insiden itu terjadi.
Ia menjelaskan, Chauvin adalah senior yang menjadi pelatih Lane.
Sebagaimana diketahui, pembunuhan polisi terhadap George Floyd telah memicu protes anti-rasisme di seluruh dunia.
Sejumlah monumen yang berkaitan dengan kolonialisme dan perbudakan telah dirusak atau dihancurkan di Eropa dan AS.
Setelah kematian George Floyd, protes untuk keadilan rasial terus digemakan.
Tujuh Petugas di LA Dikeluarkan dari Tugas Lapangan
Secara terpisah, setidaknya tujuh petugas kepolisian Los Angeles dikeluarkan dari tugas lapangan mereka setelah menggunakan kekuatan berlebihan selama protes baru-baru ini.
Hal ini diungkapkan oleh Departemen Kepolisian kepada CNN.
Langkah ini dilakukan ketika polisi di seluruh Amerika Serikat diprotes karena menggunakan kekerasan sebagai tanggapan terhadap para demonstran yang memprotes kebrutalan polisi.
Lebih lanjut, para pengkritik menunjuk pada penggunaan gas air mata, peluru karet, dan serangan fisik sebagai contoh penggunaan kekuatan yang berlebihan.
Demonstran Black Live Matter Diperingatkan agar Tetap di Rumah
Di Australia, polisi memperingatkan orang-orang untuk tidak menghadiri demonstrasi Black Live Matter di Sydney, Jumat lalu.
Secara terpisah, Mick Willing, Asisten Komisaris Polisi New South Wales mengatakan, acara tersebut tidak sah karena panitia belum memberitahu polisi sebelumnya.
Sosok George Floyd
Lebih lanjut, George Floyd dikenal sebagai sosok yang penyayang dan baik di mata teman dan keluarganya.
Dikutip dari CNN, George Floyd bekerja di sebuah restoran dan punya reputasi sebagai orang yang selalu membantu siapapun yang kesulitan.
"Mengetahui kakakku adalah untuk mencintai saudaraku," kata Philonise Floyd, adik laki-laki George.
"Dia 'raksasa lembut' dia tidak menyakiti siapa pun," ujarnya.
Floyd yang merupakan penduduk asli Houston, tumbuh dan besar di sana dan lulus dari Sekolah Menengah Jack Yates tempat ia bermain sepakbola.
Dia pindah ke Minnesota untuk bekerja dan mengendarai truk, menurut teman dan mantan pemain NBA, Stephen Jackson.
"Dia tahu dia harus pindah untuk menjadi yang terbaik," tulis Jackson di Instagram.
"Perbedaan antara saya dan kawan adalah saya memiliki lebih banyak peluang daripada dia," tulis Jackson, yang memenangkan kejuaraan bersama San Antonio Spurs pada 2003 silam.
Baca: George Floyd Meninggal Diinjak Polisi, Keluarga Tuntut 4 Polisi yang Diam: Dihukum Layaknya Pembunuh
Baca: Melemah, Rupiah ke Level Rp 14.715 per Dolar AS pada Kamis Sore
Lebih lanjut, Floyd diketahui bekerja di Divisi Keamanan di Conga Latin Bistro Minneapolis selama lima tahun.
"Dia dicintai oleh semua karyawan dan pelanggan saya," kata Jovanni Thunstrom, bos Floyd.
"Saya melihat video itu dan mengatakan itu bukan Floyd, tetapi kemudian terkejut. Itu Floyd. Dan saat itulah saya tersadar, itu sangat memukul saya," kata Thunstrom.
Dia bercerita bahwa Floyd sering membantunya membersihkan bar setelah tutup.
Di matanya, Floyd adalah sosok yang mencintai orang-orang 'terbuang' yang sedang dalam keadaan terpuruk.
"Kami berdoa setiap kali makan, kami berdoa jika kami mengalami kesulitan, kami berdoa jika kami bersenang-senang," kenang Thunstrom.