Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pada abad ke-17, kepala klan ninja terkenal menulis manual yang disebut Shoniniki, yang menggambarkan teknik dan metode yang digunakan oleh ninja abad pertengahan.
Ketika itu, Shoniniki dianggap sebagai naskah "rahasia", digunakan dan dilindungi oleh klan shinobi (ninja) dan menawarkan pandangan sekilas ke dunia ninja sungguhan, termasuk jenis penyamaran yang disukai para ninja.
"Tugas utama Ninja memang menjadi mata-mata mengumpulkan informasi, bukan berperang, tetapi justru berusaha menghindar kalau ada musuh di depannya. Untuk itulah dilakukan penyamaran," papar Jinichi Kawakami, ninja terakhir di Jepang kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu.
Shoniniki mencantumkan "Tujuh Penyamaran" sebagai "personas" yang direkomendasikan yang dapat diasumsikan oleh seorang shinobi untuk menyusup ke sebuah kota, mendapatkan informasi, atau secara umum membodohi orang-orang dengan menganggapnya orang lain selain mata-mata.
Ninja wanita, yang disebut Kunoichi, juga menggunakan penyamaran.
Baca: Koi-Ikkoku Antara Iga dan Koga Ninja Jepang Terpecah Gara-gara Pengkhianatan
Baca: Satu Lagi Daerah Pariwisata Tempat Mengenal Ninja Jepang, Lokasinya Dekat Tokyo
Tujuh Penyamaran Shoniniki meliputi:
1. Biksu keliling (komusou) - untuk berkeliaran di pedesaan.
2. Biksu-biksu untuk memasuki kuil, kota kecil, dan daerah-daerah di Jepang.
3. Pertapa gunung.
4. Pedagang.
5. Aktor.
6. Penghibur jalanan.
7. “Penampilan Normal” - yang berarti menunjukkan kepribadian penduduk kota, desa, atau daerah yang ingin disusupi shinobi tanpa diketahui.
Komusou adalah sekelompok biksu keliling, sering dijuluki pengemis Jepang dari sekolah Fuke Zen Buddhisme yang berkembang selama periode Edo 1600-1888.
Komusou ditandai oleh jerami (tudung alang-alang atau alang-alang yang disebut tengai atau tengui) dikenakan di kepala, yang memanifestasikan tidak adanya ego tertentu.
Mereka juga dikenal karena memainkan solo pada shakuhachi (sejenis seruling bambu Jepang).
Karya-karya ini, disebut honkyoku (karya asli), dimainkan selama praktik meditasi yang disebut suizen, untuk sedekah, sebagai metode untuk mencapai pencerahan, dan sebagai modalitas penyembuhan.
Pemerintah Jepang memperkenalkan reformasi setelah periode Edo, menghapus sekte Fuke. Catatan repertoar musik selamat, dan sedang dihidupkan kembali pada abad ke-21.
Sejarah