Menurut pejabat senior HHS, uji coba perawatan itu akan diarahkan ke rumah sakit berdasarkan jumlah pasien Covid-19 mereka.
Badan kesehatan tersebut mengamankan akses ke obat itu karena percaya remdesivir akan menjadi sumber daya yang langka.
Pejabat itu mengatakan, pihak mereka juga ingin mendistribusikan secara adil kepada pasien di rumah sakit AS.
Baca: Hotman Paris Minta Jokowi Beli Remdesivir untuk Obati Pasien Corona, Ini Penjelasan soal Remdesivir
Namun, tidak jelas apakah wacana ini mungkin akan terjadi Oktober mendatang ketika perjanjian antara Gilead dan HHS berakhir.
Pejabat mencatat bahwa agensi akan memantau terapi baru untuk mengobati Covid-19.
Pemerintah federal tidak berencana menimbun obat, tetapi akan menggunakan data pasien yang memiliki Covid-19.
Selain itu, pejabat itu menambahkan, pemerintah federal akan mengalokasikan remdesivir berdasarkan informasi tersebut.
Baca: Jepang Setujui Obat Remdesivir untuk Ebola untuk Penanganan Covid-19
Baca: Apakah Itu Remdesivir? Obat yang Disebut Hotman Paris agar Didatangkan oleh Presiden Jokowi dari AS?
Harga Remdesivir Telah Lama Dinantikan
Lebih jauh, di 127 negara kurang berkembang, Gilead mengizinkan pembuat obat generik memasok obat.
Dua negara diketahui melakukan hal tersebut dengan biaya sekita 600 dolar AS (Rp 8,6 juta) per perawatan.
Harga remdesivir dilaporkan telah sangat dinanti-nantikan sejak menjadi obat pertama yang menunjukan manfaat dalam mengobat Covid-19.
Baca: Harga Remdesivir, Obat yang Digunakan untuk Covid-19 Ditetapkan: Rp44 Juta untuk Pengobatan 5 Hari
Baca: Remdesivir Kini Makin Diminati, Jepang, Inggris dan Taiwan Setuju Penggunaannya untuk Pasien Corona
Harga Remdesivir Tuai Kritik
Lebih lanjut, harga remdesivir disebut tengah dikritik.
"Gilead tidak membuat remdesivir sendirian," kata Public Citizen dalam pernyataan pada Senin.