TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada menuduh Rusia meretas data vaksin Covid-19, Kamis (16/7/2020).
National Cybersecurity Centre Inggris menyakini bahwa peretas itu merupakan bagian dari intelijen Rusia.
Badan-badan intelijen di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada mengatakan kelompok peretas itu bernama APT29 atau biasa dikenal Cozy Bear, dikutip dari Associated Press.
Kelompok ini menyerang lembaga penelitian akademik dan farmasi yang terlibat dengan pengembangan vaksin Covid-19.
Baca: Ketegangan AS-China di Laut China Selatan Kian Meningkat, Bagaimana Indonesia Harus Bersikap?
Baca: Terimbas Lonjakan Kasus Covid-19 di AS, American Airlines Siap-siap PHK 25 Ribu Karyawan
Namun ketiga negara itu tidak menyebutkan secara spesifik perusahaan apa yang ditargetkan para peretas tersebut.
Kelompok ini juga diketahui pernah meretas akun email Demokrat selama Pemilu AS 2016.
Belum jelas informasi apa saja yang telah dicuri itu.
"Ini benar-benar tidak dapat diterima bahwa Dinas Intelijen Rusia menargetkan orang-orang yang bekerja untuk memerangi pandemi Covid-19," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab.
Dia menuduh Moskow mengejar kepentingan diri sendiri dengan cara yang sembrono.
"Sementara yang lain mengejar kepentingan egois mereka dengan perilaku sembrono, Inggris dan sekutunya bekerja keras untuk menemukan vaksin dan melindungi kesehatan global," ujar Raab.
Sementara itu sekretaris pers Gedung Putih, Kayleigh McEnany mengaku akan memastikan keamanan data-data itu.
"Kami bekerja keras dengan sekutu kami untuk memastikan langkah-langkah untuk menjaga informasi itu aman dan kami terus melakukannya," ujar McEnany.
Sejatinya ini bukan kali pertama pemerintah Barat menuduh pencurian data corona oleh negara asing.
Pada Kamis lalu, pemerintah AS menuduh China melakukan tindakan serupa.
Namun tuduhan untuk Rusia kali ini menyertakan detail nama kelompok dan perangkat lunak digunakan untuk meretas.
Baca: Bantu Pelanggan Jaga Jarak Sosial, Pemilik Bar di Inggris Ini Pasang Pagar Listrik
Baca: Justin Trudeau Klaim Penanganan Covid-19 Kanada Lebih Baik daripada Amerika Serikat
Selain itu, Rusia pernah menyerang partai berkuasa di AS, Demokrat saat Pemilihan Presiden 2016.
"Saya pikir (pemerintah) memiliki intelijen yang sangat spesifik yang dapat mereka berikan," kata John Hultquist, direktur analisis senior di Mandiant Threat Intelligence.
Sementara itu, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov menyangkal tuduhan tersebut.
"Kami tidak memiliki informasi tentang siapa yang mungkin telah meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris," jelas Peskov.
"Kita dapat mengatakan satu hal, Rusia tidak ada hubungannya dengan upaya-upaya itu," kata Peskov, menurut kantor berita negara Tass.
Dikutip dari USA Today, The National Cybersecurity Centre Inggris tidak menjelaskan apakah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengetahui aksi peretasan ini.
Cozy Bear sudah diidentifikasi oleh Washington sebagai salah satu dari dua kelompok peretasan saat Pemilu 2016.
Baca: Gubernur BI Sebut Naiknya Tensi AS dan China Picu Ketidakpastian
Baca: Rupiah Kembali Ditutup Melemah ke Level Rp 14.625 per Dolar AS
Kelompok satunya bernama Fancy Bear.
Sebelumnya Inggris, AS, dan Kanada merilis laporan yang menuduh Cozy Bear telah menggunakan perangkat lunak khusus untuk meretas sejumlah organisasi global, Kamis (16/7/2020).
Badan keamanan cybersecurity Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada April lalu juga memperingatkan serangan peretas terhadap data Covid-19.
Adapun orang-orang yang ditargetkan adalah sistem kesehatan, perusahaan farmasi, akademisi, organisasi penelitian medis, dan pemerintah daerah.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)