TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, Jumat (24/7/2020) akan diselenggarakan shalat pertama sejak Hagia Sophia dikonversi menjadi museum.
"Umat Muslim sangat senang, semua orang ingin hadir saat pembukaan," kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya, Kamis (23/7/2020), dikutip dari BBC.
Situs Warisan Dunia Unesco yang berusia 1.500 tahun ini sempat diubah menjadi museum pada 1934, di bahwa kepemimpinan Turki modern.
Jauh sebelumnya, Hagia Sophia merupakan katedral dan berubah menjadi masjid ketika Turki dikuasai Kekaisaran Ottoman.
Baca: Warga Israel Bakar Bendera Turki Buntut Keputusan Erdogan Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid
Baca: Reaksi AS, Rusia, Hamas hingga Yunani atas Diubahnya Hagia Sophia Jadi Masjid
Namun awal bulan ini, pengadilan Turki membatalkan status museum Hagia Sophia.
Pengadilan memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia dari masjid ke museum adalah tindakan ilegal secara hukum.
Setelah keputusan pengadilan turun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan salat pertama yang akan dilakukan pada Jumat, 24 Juli.
Langkah ini lantas dihujani kritik para pemimpin agama dan politik di seluruh dunia.
Shalat Dengan Protokol Kesehatan Ketat
Gubernur Yerlikaya menghimbau agar warga membawa masker dan sajadah pribadi untuk menghindari penularan Covid-19 saat Shalat Jumat.
Dia menambahkan bahwa petugas layanan kesehatan akan berjaga di Hagia Sophia.
Menteri Urusan Agama Turki, Ali Erbas mengatakan sekitar 1.000 orang bisa mengikuti shalat dalam satu waktu.
Modifikasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya akan mampu menampung ribuan jamaah saat dibuka untuk shalat nanti.
Baca: Perjanjian Laussane 24 Juli 1923, Turki Modern, dan Politik Agresif Presiden Erdogan
Baca: Hagia Sophia, Sandi Penaklukan Politik Domestik Turki
Meski belum ada konfirmasi, Presiden Erdogan diharapkan bisa datang untuk shalat pertama di situs warisan dunia ini.
Sementara itu, mosaik tokoh-tokoh Kristen di Hagia Sophia akan ditutup tirai selama waktu shalat.
Kebijakan itu disampaikan Jubir Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin pada Minggu (19/7/2020).
Dalam wawancaranya di NTV, Kalin mengatakan mosaik Mary dan Gabriel yang berada di arah kiblat akan ditutup dengan tirai.
Sedangkan mosaik lain seperti Yesus dan tokoh Kristen lainnya dinilai aman karena tidak berada di arah kiblat.
Sejarah Singkat Hagia Sophia
Hagia Sophia merupakan katedral utama Kekaisaran Bizantium yang dibangun pada abad ke-6.
Bangunan kubah yang ikonik ini terletak di distrik Fatih Istanbul, di tepi barat Bosporus.
Setidaknya sejak selesai pembangunannya pada 537 M sampai 1453 M, bangunan ini menjadi katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel.
Justinian I memerintahkan para insinyur membawa bahan-bahan dari seluruh Mediterania untuk membangun katedral kolosal tersebut.
Tetapi pada tahun 1453, Kekaisaran Ottoman di bawah Sultan Mehmed II menangkap Konstantinopel dan menghabisi Kekaisaran Bizantium untuk selamanya.
Mehmed II bersikeras mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
Dia menggelar shalat Jumat pertama di bangunan itu, dimana beberapa hari setelahnya digeledah pasukan penjajah.
Demi mewujudkan keinginan Mehmed II, arsitek Kekaisaran Ottoman menghapus semua simbol Ortodoks dan menambahkan menara dalam struktur bangunan itu.
Baca: Tak Jadi Ke Ankara, Menteri PUPR Pamer Makanan Turki Dalam Forum Bisnis Indonesia –Turki Virtual
Baca: Ketika Basuki Hadimuljono Pamer Makanan Khas Turki Dalam Forum Bisnis Indonesia–Turki Secara Virtual
Hingga Masjid Biru Istanbul rampung pada 1616, Hagia Sophia adalah masjid utama di kota dan arsitekturnya mengilhami pembangun Masjid Biru dan beberapa masjid di dunia.
Lalu Mustafa Kemal Ataturk, pendiri republik Turki modern kemudian mengubahnya menjadi museum pada 1 Februari 1953.
Sejak saat itu, Hagia Sophia mulai menarik jutaan turis setiap tahunnya.
Terkenal dengan kubah besarnya, Hagia Sophia dinilai sebagai lambang arsitektur Bizantium.
Bangunan ini sempat menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir seribu tahun hingga Katedral Sevilla selesai dibangun pada 1520.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)