TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Kepala Human Rights Watch Kenneth Roth sempat menuduh kelompok Hizbullah sebagai pihak yang terlibat dalam ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon (5/8/2020).
Tudingan tersebut dipostingnya di Twitter. Namun menyadari dirinya tak ada bukti kuat, Roth pun menghapusnya.
"Apakah ini cara Hezbollah untuk mengatakan 'jangan main-main dengan kami' karena mereka diduga membunuh mantan PM Lebanon Hariri?" dalam tweet yang diposting sesaat setelah berita tentang ledakan menghantam media sosial pada hari Selasa.
Namun, Roth segera menghapus tweet itu tanpa penjelasan, memposting tidak lebih jauh terkait ledakan raksasa yang dilaporkan terdengar sejauh Siprus, sekitar 150 mil dari Beirut.
Ledakan raksasa
Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya terluka ketika dua ledakan besar mengguncang Beirut, ibu kota Lebanon.
Ledakan yang berlokasi di kawasan pelabuhan itu mengguncangkan seluruh ibu kota, mengguncang bangunan dan menebarkan kepanikan di antara warganya.
Kepulan asap berwarna oranye membubung ke langit setelah ledakan kedua terjadi. Diikuti gelombang kejut mirip tornado yang menyapu Beirut.
Baca: Foto dan Video Ledakan Mengerikan yang Guncang Beirut Lebanon
Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan, sebanyak 2.750 ammonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian disinyalir menjaid penyebab insiden.
Pupuk itu, kata PM Diab, disimpan selama bertahun-tahun dalam gudang di tepi laut. "Memicu bencana alam dalam setiap arti," kata dia.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Lebanon, sebanyak 73 orang tewas dan 3.700 orang terluka di seantero ibu kota dalam insiden tersebut.
Baca: Ledakan Dahsyat di Beirut Terasa Hingga ke Siprus
Dilansir AFP Selasa (4/8/2020), Diab menegaskan mereka akan segera menggelar penyelidikan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab.
"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," janjinya.
Sebelumnya, Kepala Keamanan Umum, Abbas Ibrahim, mengatakan beberpaa tahun sebelumnya pihakny mengamankan "material berdaya ledak tinggi".