Sebelumnya, teknik pelacakan virus atau penyakit melalui satwa yang terkenal setia ini sudah pernah dilakukan.
Anjing pelacak semacam ini pernah dikerahkan untuk mendeteksi penyakit yang berkenaan dengan bau tubuh, seperti malaria dan kanker.
Bulan lalu peneliti dari Jerman melatih anjing pelacak tentara untuk membedakan antara sampel cairan dari pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 dan yang sehat.
Dalam studinya, para peneliti melatih delapan anjing pendeteksi Bundeswehr (Angkatan Darat Jerman) selama satu minggu untuk mendeteksi air liur dan sekresi dari paru-paru dan batang tenggorokan pasien yang telah terinfeksi dengan SARS-CoV-2.
Tim kemudian mendalami apakah anjing dapat membedakan antara sampel dari individu yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dalam tes acak itu.
Baik anjing, pawang, dan peneliti tidak mengetahui identitas sampel itu.
Baca: Bocah 10 Tahun Selamat dari Serangan Anjing saat Kejar Layangan Putus, Ditemukan Terduduk Lemas
Baca: Kisah Dingo Anjing yang Bernyanyi di Papua, Sulit Ditemukan Hingga Dianggap Mistis oleh Warga
Setelah mengendus 1.012 sampel, para peneliti melaporkan bahwa anjing-anjing itu memiliki tingkat deteksi yang akurat sekitar 94 persen.
Adapun benar bahwa 157 terindentifikasi positif Covid-19, 792 benar tidak terinfeksi, namun ada 33 sampel yang salah deteksi.
"Deteksi bau anjing jauh lebih baik daripada yang bisa dibayangkan masyarakat umum," kata peneliti perilaku dan pelatih anjing Bundeswehr, Esther Schalke.
"Namun demikian, kami kagum pada seberapa cepat anjing kami dapat dilatih untuk mengenali sampel dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2."
"Hasil penelitian ini sangat menarik," kata penulis makalah dan dokter hewan Holger Volk, juga dari Universitas Kedokteran Hewan Hanover.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)