TRIBUNNEWS.COM - Operasi penyelamatan korban akibat ledakan di gudang pelabuan Beirut masih berlanjut.
Palang Merah Lebanon, tentara hingga sukarelawan diterjunkan untuk mencari orang-orang yang dilaporkan hilang di bawah reruntuhan bangunan.
Mengutip Al Jazeera, informasi terbaru mengenai total korban tewas akibat ledakan mencapai 137 jiwa.
Kurang lebih 5.000 orang dilaporkan terluka pasca ledakan dahsyat tersebut.
Baca: Pemerintah Lebanon Menduga Bom Mengambang yang Sebabkan Ledakan Kembar di Beirut
Baca: Kisah Haru Suster Berusaha Selamatkan 3 Bayi Saat Terjadi Ledakan Beirut
Pihak berwenang memperkirakan jumlah korban akibat ledakan akan meningkat.
Hingga saat ini para penyelidik Lebanon masih mendalami penyebab ledakan mematikan tersebut.
Mereka berfokus pada kemungkunan kelalaian dalam menyimpan ribuan ton pupuk d gudang pelabuhan yang berada di tepi laut.
Baca: Sejumlah Pejabat Pelabuhan Beirut Ditahan, Diduga Terkait Penyimpanan 2.750 Ton Amonium Nitrat
Berikut ini Tribunnews rangkum beberapa informasi terbaru mengenai ledakan di Beirut yang dikutip dari berbagai sumber:
Komite Invetigasi Diberi Waktu 4 Hari Temukan Pelaku
Lebih jauh, pemerintah Lebanon mengungkapkan mereka memberi tenggat waktu terbatas pada komite investigasi untuk menemukan pelaku dibalik ledakan tersebut.
Komite investigasi harus menemukan siapa yang bertanggung jawab, dan menekankan akan ada putusan hukuman dari pengadilan.
"Pagi ini, keputusan diambil untuk membentuk komite investigasi," kata Menteri Luar Negeri Charbel Wehbe kepada radio Prancis Europe 1.
"Dalam empat hari (mereka) harus memberikan laporan rinci mengenai tanggung jawab (ledakan), bagaimana, siapa, apa, di mana," tambahnya.
"Ini serius dan kami menganggapnya serius," tegas Wehbe.
Baca: Satu Warga Perancis Turut Tewas dan 24 Lainnya Terluka Akibat Ledakan di Beirut
Kapasitas Ekonomi Lebanon Terbatas
Secara terpisah, bank sentral Lebanon disebut meiliki kapasitas terbatas untuk menangani dampak ledakan di Beirut.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Ekonomi Lebanon, Raoul Nehme kepada Sky News Arabia.
"Kapasitas negara sangat terbatas, begitu pula bank sentral," paparnya.
Nehme menerangkan, pasca ledakan di Beirut, Lebanon hanya dapat bertahan dengan Dana Moneter.
Baca: Kualitas Udara Buruk, KBRI Beirut Imbau WNI Keluar Rumah Kenakan Masker