News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

POPULER Internasional: Foto-foto Beirut Sebelum dan Sesudah Ledakan | Duel Rudal AS vs China

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

POPULER Internasional: Foto-foto Beirut Sebelum dan Sesudah Ledakan | Duel Rudal AS vs China

TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional selama 24 jam terakhir.

Berita pertama datang dari Beirut yang kondisi sebelum dan sesudah ledakan tampak dari citra satelit.

Saat terjadi ledakan itu, aksi heroik wanita menyelamatkan seorang anak viral di media sosial.

Ada pula berita AS dan China yang baru saja melakukan uji coba rudal, kehebatan rudal antarbenua China dan AS, Dongfeng vs Minuteman dibandingkan.

Sementara itu, seorang pakar menganlisis suasana politik yang sedang terjadi di Turki.

1. FOTO-FOTO Satelit Sebelum dan Sesudah Terjadi Ledakan di Beirut Lebanon

Foto satelit yang memperlihatkan sebelum dan sesudah kejadian ledakan di Beirut, Lebanon (Business Insider/Maxar Technologies)

Muncul kumpulan foto satelit yang memperlihatkan keadaan sebelum dan sesudah ledakan di Beirut, Lebanon.

Seperti yang diketahui, sebuah ledakan besar terjadi di ibu kota Lebanon, Beirut, pada Selasa (4/8/2020) sore waktu setempat.

Akibat ledakan di Beirut, Lebanon, sebanyak 135 orang tewas dan lebih dari 4.000 orang terluka.

Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengatakan ledakan di Beirut ini disebabkan oleh zat amonium nitrat berbobot 2.750 ton yang disimpan di sebuah gudang.

Baca: Viral Video Perempuan Lakukan Foto Nikah saat Ledakan di Beirut Lebanon, Berlarian Selamatkan Diri

Baca: Sederet Fakta Ledakan di Beirut Lebanon, Ledakan Terdengar hingga Siprus

Zat amonium nitrat ini disimpan di sebuah gudang di pelabuhan Beirut secara tidak aman sejak 2013 silam.

Dikutip dari BBC, Kepala Bea Cukai, Badri Daher, mengatakan pihaknya menyerukan agar bahan kimia itu dimusnahkan.

Namun, permintaan Badri Daher ini ternyata tidak dilakukan dan pada akhirnya meledak hingga membuat Kota Beirut hancur.

"Kami serahkan kepada ahli untuk menentukan alasannya," katanya.

Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian dan sebagai bahan peledak.

Pakar di Universitas Sheffield di Inggris memperkirakan ledakan di Beirut ini berkekuatan sekitar sepersepuluh dari ledakan bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima, Jepang, selama Perang Dunia Kedua.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. VIRAL Aksi Heroik ART Lindungi Anak Majikan dari Runtuhan Dinding saat Terjadi Ledakan di Beirut

VIRAL Aksi Heroik ART Lindungi Anak Majikan dari Keruntuhan Dinding saat Terjadi Ledakan di Beirut (Twitter @HSajwanization)

Ledakan dahsyat yang terjadi pada 4 Agustus 2020 di Beirut, Lebanon telah membuat kota itu hancur berantakan.

Ledakan tersebut setidaknya memakan lebih dari 100 korban jiwa dengan lebih dari 4.000 orang luka-luka.

Di detik-detik berbahaya itu, rupanya ada banyak orang yang mengabaikan keselamatan diri untuk melindungi orang-orang yang berharga bagi mereka.

Baca: 6 Fakta tentang Beirut, Ibu Kota Lebanon yang Kerap Dijuluki Parisnya Timur Tengah

Baca: Viral Video Pengantin Wanita Sedang Foto Prewedding Langsung Kabur Saat Ledakan di Beirut

Wanita ini contohnya.

Ia tidak egois mempedulikan keselamatan dirinya sendiri.

Ia dengan berani menyelamatkan anak kecil yang ada di dekatnya saat ledakan itu.

"Hati saya tertuju pada pelayan Afrika ini, yang mengabaikan hidupnya sendiri, dan mencoba menyelamatkan anak majikannya," tulis Hassan Sajwani.

Dalam video, wanita yang dipercaya adalah seorang Asisten Rumah Tangga (ART) itu terlihat sedang membersihkan lantai dengan vacuum cleaner sementara ada anak kecil sedang bermain di dekatnya.

Ia sempat terdiam saat terdengar suara keras.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Dongfeng vs Minuteman, Duel Kehebatan Rudal Antarbenua China dan AS

Parade rudal balistik China. (SCMP)

AS dan China baru-baru ini melakukan uji coba rudal balistik intercontinental (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM).  

Meskipun AS memiliki senjata nuklir hampir 20 kali lipat jumlah China, pemerintahan Trump bersikeras Beijing harus dimasukkan dalam perjanjian kontrol senjata baru.

Tes terbaru rudal ICBM China diumumkan Senin (3/8/2020) oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Tidak disebutkan tanggal persis uji tembak itu.

Ada dua rudal balistik antarbenua yang dites. Satu rudal jarak pendek Dongfeng-16, dan kedua versi panjang Dongfeng-26.

Kedua rudal dirancang mencapai sasaran ribuan mil jauhnya. Sekurangnya, rudal balistik antarbenua China ini mampu mencapai wilayah terdekat AS dari China, yaitu Guam.

"Kami berada dalam keadaan sangat waspada bertempur, untuk memastikan tindakan kami cepat dan tepat," Liu Yang, komandan brigade PLA yang melakukan tes dikutip Sputniknews.com.

Dongfeng-26 memiliki jangkauan sekitar 2.500 mil, dan telah disebut-sebut sebagai "pembawa-hulu ledak pembunuh" yang mampu menghancurkan armada tempur AS di Asia Pasifik.

Ia memiliki jangkauan untuk menyerang instalasi militer AS di Guam dari pesisir pantai China.

Baca: Xi Jinping Ingin Jadikan Militer China Pasukan Nomor Satu Dunia

Menurut laporan PLA, latihan itu untuk menguji seberapa cepat tentara China dapat menanggapi serangan nuklir dari negara asing.

Dalam video yang dipublikasikan PLA, pasukan rudal China terlihat mengenakan perlengkapan pelindung saat mereka bergegas ke peluncur rudal bergerak mereka.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Analisis Pakar: Politik Turki Antara Ekspansif Neo-Ottoman dan Pragmatis Bertahan di Kawasan

Bendera Turki (ist)

Marwan Kabalan, Direktur Analisis Kebijakan di Pusat Penelitian dan Kajian Kebijakan Arab, mengatakan, politik luar negeri Turki terkesan ekspansionis.

Sejatinya, Turki bergerak agresif semata karena pertimbangan pragmatis mempertahankan diri di kawasan. Fakto pemicunya, peran AS di Timur Tengah, terutama Irak dan Suriah, kian berkurang.

Analisis pakar itu dipublikasikan di laman Aljazeera.com, Kamis (6/8/2020). Marwan tak membantah, selama beberapa tahun terakhir, kebijakan luar negeri Turki dirasakan di lingkungan sekitarnya.

Pada Juli 2020, setelah bentrokan militer Azerbaijan-Armenia di perbatasan, Ankara mengirim prajurit dan jet tempur. Kedua negara pekan-pekan ini menggelar latihan militer bersama.

Kehadiran militer Turki di Azerbaijan ini memperjelas posisi mereka mendukung sekutunya.  Pada Mei, Turki secara terbuka menyokong Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di Libya.

Militer mereka dikirimkan ke Tripoli untuk membantu GNA melawan kelompok Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Khalifa Haftar.

Tokoh ini memperoleh dukungan kuat Rusia, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Kelompok Haftar menguasai mayoritas wilayah Libya yang terjerumus perang saudara sesudah Khadaffi terdongkel.

Pada Februari 2020, Erdogan memerintahkan militernya masuk ke Provinsi Idlib, Suriah. Mereka melindungi kubu terakhir yang ditempati kelompok-kelompok bersenjata musuh Damaskus.

Baca: 33 Tentara Turki Tewas dalam Serangan Udara Suriah di Idlib

Baca: Turki Tembak Jatuh 2 Jet Tempur Suriah di Idlib, Tidak Ada yang Terluka

Baca: Rusia dan Turki Tandatangani Perjanjian Gencatan Senjata di Idlib, Keadaan Lebih Tenang

Menurut Marwan Kabalan, terlihat kebijakan luar negeri Turki telah mengayun dari Ankaraa ke Balkan barat dan Kaukasus, ke Teluk hingga sampai Tanduk Afrika.

Ini yang menurut Marwan menguatkan pandangan sejumlah analis kebijakan Turki sebagai ambisi "neo-Ottoman" untuk hegemoni regional.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini